Tulus (Foto:MI/Bary Fathahilah)
Tulus (Foto:MI/Bary Fathahilah)

Konser Tulus

Pembuktian si 'Gajah' yang Menyisakan Harapan Besar

Agustinus Shindu Alpito • 03 Desember 2014 10:20
medcom.id, Jakarta: Tulus menggelar konser kedua dari tiga rangkaian konser bertajuk "Gajah" di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (2/12/2014).
 
Bandung lebih dulu mendapat kesempatan menyaksikan konser ini pada September lalu, sedangkan Yogyakarta dipersiapkan sebagai kota penutup pada Januari 2015.
 
Metrotvnews.com mendapat kesempatan berdiri di antara sekitar 4 ribu penonton yang hadir di Balai Kartini untuk melihat aksi si "Gajah" yang kini layak disebut sebagai solois paling menjanjikan itu.

Satu hal yang sangat terlihat dari konser tunggal ini adalah kematangan Tulus sebagai seorang solois yang memang layak menyuguhkan musik bukan hanya sebagai sebuah bentuk kesenian yang dinikmati oleh telinga, tetapi sebagai kesatuan yang mampu memanjakan indera manusia.
 
Pembuktian si Gajah yang Menyisakan Harapan Besar
(Foto:Metrotvnews.com/Agustinus Shindu A)
 
Tata panggung yang elegan dengan paduan gambar latar dari lampu LED yang harmoni, plus runway yang memfasilitasi Tulus menyapa penonton yang tersegmentasi oleh kategori tiket, tata suara yang sangat jernih dan nyaris tanpa cacat, juga performa maksimal dari kolaborator dan musisi pengiring.
 
Tulus menghadirkan langsung string section dan brass section, bahkan kelompok akapela. Ini menjadi satu bentuk kematangan Tulus yang mampu mempertanggungjawabkan musikalitasnya secara sempurna di hadapan penggemar. Bukan hanya lewat rekaman-rekaman dalam album yang kerap dipandang sebelah mata karena anggapan banyak suara-suara artifisial yang utopis.
 
Tidak mudah membuat konser tunggal yang benar-benar mampu memenuhi ekspektasi penonton, terutama penggemar militan yang biasanya memiliki standar tinggi atas suguhan yang diberikan idolanya. Tetapi, Tulus mampu memberikan lebih dari yang diharapkan.
 
Tulus yang tampil selama dua jam berhasil mengemas 21 lagu menjadi sebuah menu yang melekat di benak penonton. Tidak terlalu banyak basa-basi, dan tidak pelit komunikasi. Di beberapa lagu, Tulus tampil mengejutkan dengan membawakan lagu milik penyanyi lain, seperti "Juwita Malam" dari Ismail Marzuki dan "1000 Tahun Lamanya" yang dipopulerkan Jikustik semasa di bawah komando Pongki Barata.
 
Kolaborator yang dipilih Tulus juga tepat. Bonita, penyanyi nyentrik yang baru saja merilis album dengan bandnya tampil membantu Tulus di lagu "Juwita Malam." Selanjutnya, kolaborasi wajib dengan RAN juga dijalani Tulus di lagu "Kita Bisa."
 
Sementara, kolaborator lainnya seperti Endah N' Rhesa, Raisa, dan Vidi Aldiano, tampil membawakan "Lagu Untuk Matahari." Sebuah lagu yang memang disediakan Tulus untuk memancing reaksi penonton dengan aksi kolaborasinya dengan musisi lain, tanpa mengurangi ekslusivitas Tulus sebagai tuan rumah.
 
Tulus yang Mencerahkan
 
Membuat konser tunggal memang impian bagi musisi, tapi tidak mudah untuk mewujudkan hal itu. Beberapa penyanyi tunggal yang telah malang melintang di industri musik pun belum tentu mendapat kesempatan menggelar konser tunggal. Dengan dua album di tangan, sorotan positif dari media dan masyarakat, keberanian Tulus menggelar konser tunggal harus diapresiasi. Di tengah jadwal panggung yang padat, Tulus masih menyempatkan diri menjamu penggemarnya dalam pagelaran intim yang total.
 
Pembuktian si Gajah yang Menyisakan Harapan Besar
(Foto:Metrotvnews.com/Agustinus Shindu A)
 
Jika dalam situs resminya Tulus terang-terangan ingin seperti Chrisye, bukan tidak mungkin hal itu segera terwujud. Mengingat kiprah Tulus sejauh ini. Hipotesa ini bukan tanpa dasar. Tulus adalah satu dari segelintir penyanyi solo pria Indonesia yang meramu musik dan liriknya sendiri. Sebuah modal yang sangat-sangat penting dan berharga.
 
Kehadiran Tulus seolah menjadi mata rantai baru yang menyambung generasi penyanyi solo di Indonesia yang cukup paceklik setelah era Glenn Fredly. Beberapa nama penyanyi solo pria memang muncul, tapi cenderung stagnan di perjalanan kariernya. Tulus mampu menjadi besar dengan caranya sendiri dan segala keunikan yang dimilikinya tanpa berupaya membuat musik seperti pendahulu-pendahulunya.
 
Harapan Setelah "Gajah"
 
Pertanyaan selanjutnya, dengan segala prestasi, pujian, dan embel-embel lain yang melekat pada Tulus saat ini, mampukah dia bertahan dan terus berkarya dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan?
 
"Perjalanan musik saya sekarang ini jauh dari apa yang saya impikan dan yang saya duga. Banyak tekanan dan salah satu cara saya mengekspresikan diri dengan menulis lagu," kata Tulus di tengah konser "Gajah" di Jakarta.
 
Apa yang dikatakannya seolah menyiratkan bahwa apa yang dialami Tulus tidak sesempurna kelihatannya. Tentu ada tanggung jawab yang besar di balik berbagai penghargaan dan pujian yang ditujukan kepadanya.
 
Pembuktian si Gajah yang Menyisakan Harapan Besar
(Foto:Antara/Teresia May)
 
Melihat dari apa yang dilakukan Tulus dalam konser "Gajah", tampak sekali sebuah karakter pemuja kesempurnaan. Tulus sangat rinci dan serius dalam dunia musik yang membuatnya menjadi idola baru. Jika hal ini benar adanya, apa yang terjadi setelah album "Gajah" adalah sesuatu yang menjanjikan.
 
Tulus menutup konser dengan lagu "Jangan Cintai Aku Apa Adanya." Sebuah lagu yang juga ditempatkan terakhir di album "Gajah".
 
Sebanyak 4 ribu orang yang datang malam tadi, pulang dengan keringat hasil karaoke masal dan berdesak-desakan sepanjang konser. Si "Gajah" pengagum chrisye pun turun dengan riang. Tetapi menyisakan tanya, apakah tiket konser Tulus di tahun-tahun berikutnya akan terus terjual habis? Atau lirik "Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah mata dari pandanganmu" akan terjadi?
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ROS)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan