Efek Rumah Kaca (Foto:dok.Efek Rumah Kaca)
Efek Rumah Kaca (Foto:dok.Efek Rumah Kaca)

Dua Lagu Efek Rumah Kaca yang Menjaga Ingatan atas Tragedi 98 dan Aktivis HAM

Elang Riki Yanuar • 21 Mei 2025 14:23
Jakarta: Efek Rumah Kaca (ERK), band indie rock asal Indonesia yang kini digawangi oleh Cholil Mahmud (vokal, gitar), Airil "Poppie" Nur Abadiansyah (bass, vokal latar), dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar), dikenal lewat karya-karya mereka yang sarat akan kritik sosial dan politik. Dengan lirik-lirik bernuansa satir dan penuh pemikiran, ERK tak hanya menciptakan musik, tetapi juga menyuarakan keresahan kolektif.
 
Beberapa lagu dari katalog album ERK bahkan menjadi pengingat kita akan sejarah tragedi kelam Mei 1998. Bahkan lagu ini telah menjelma menjadi anthem bagi para keluarga  korban penculikan era reformasi yang masih mencari kejelasan akan anak-anak mereka yang hilang, serta para aktivis yang saat ini terus konsisten bersuara lewat Aksi Kamisan, sebuah aksi yang rutin digelar setiap hari Kamis di depan Istana Negara dan sudah berjalan selama 18 tahun untuk menuntut keadilan dan membuka tabir siapa dalang dan pihak yang bertanggung jawab di balik peristiwa tersebut.
 
baca juga: Lagu-Lagu Bertema Reformasi, Suara Musik untuk Perubahan
 

Berikut dua lagu Efek Rumah Kaca yang mengenang tragedi 1998, aktivis, dan korban pelanggaran HAM:

1. Efek Rumah Kaca - "Jingga"


 
Yang hilang menjadi katalis
Disetiap kamis
Nyali Berlapis
Marah kami
Senyala api
Di depan istana berdiri


Penggalan lirik di atas berasal dari lagu berjudul "Jingga", track ketiga dari album Sinestesia yang dirilis secara mandiri oleh ERK pada tahun 2015. Pemilihan kata "Disetiap Kamis" dalam lirik lagu "Jingga" pun seolah merujuk pada aksi Kamisan yang hingga kini konsisten digaungkan oleh para keluarga korban pelanggaran HAM dan para aktivis dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, musisi hingga masyarakat lainnya.
 
Lewat “Jingga”, vokalis Cholil Mahmud juga secara gamblang menyebutkan nama-nama para aktivis yang menjadi korban penghilangan paksa menjelang dan selama era reformasi. Lirik lagu ini menjelma menjadi memorial anthem bagi mereka yang tak pernah kembali, sekaligus pengingat bahwa perjuangan menuntut keadilan belum usai.
 
Berikut penggalan lirik yang menampilkan nama-nama korban pelanggaran HAM:
 
Dedy Hamdun hilang Mei '97
Ismail hilang Mei '97
Hermawan Hendrawan hilang Maret '98
Hendra Hambali hilang Mei '98
M Yusuf hilang Mei '97
Nova Al Katiri hilang Mei '97
Petrus Bima Anugrah hilang Maret '98
Sony hilang April '97
Suyat hilang Februari '98
Ucok Munandar Siahaan hilang Mei '98
Yadin Muhidin hilang Mei '98
Yani Afri hilang April '97
Wiji Tukul hilang Mei '98

2. Efek Rumah Kaca - "Di Udara"


Selanjutnya ada lagu "Di Udara", track ketujuh dari album self-titled Efek Rumah Kaca yang dirilis pada tahun 2006 lalu. Lewat lagu ini, para personel ERK seolah ingin menceritakan bahwa para aktivis kerap kali dihadapkan dengan kekerasan serta teror, seperti penggalan lirik di bawah ini.
 
Aku sering diancam
Juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
Sampai di mana? Kapan?

 
Lagu "Di Udara" juga merupakan sebuah tribute untuk Munir Said Thalib, salah satu aktivis HAM paling vokal dan berani dalam sejarah Indonesia. Munir dibunuh secara tragis dengan racun arsenik saat berada di pesawat Garuda Indonesia GA 974 dalam penerbangan dari Jakarta menuju Belanda pada 7 September 2004 silam.
 
Kala itu, Munir terbang ke Belanda untuk melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Utrecht, Amsterdam. Dua jam sebelum pesawat GA 974 mendarat di Bandara Schiphol, Munir dinyatakan meninggal dunia. Hingga kini, kasus kematiannya pun masih menyisakan tanda tanya besar.
 
Munir sendiri dikenal sebagai aktivis yang saat itu konsisten berjuang mencari keadilan untuk korban hilang akibat pelanggaran HAM 98, termasuk kasus penculikan 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakara pada tahun 1997 dan 1998. Semangat Munir pun kini diabadikan oleh band Efek Rumah Kaca lewat lagu "Di Udara".
 
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

 
(Basuki Rachmat)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan