“Kita itu mesti cerdas ya, jangan lebih cepat bertindak daripada berpikir. Ketika ada kesempatan kita berpikir, mari kita berpikir, ya artinya berpikir dengan segala kebutuhan untuk melihat persoalan tadi dengan berbagai perspektif. Untuk salaman, hal yang biasa dalam budaya, atau dalam suatu konteks realita kenyataan yang ada di Nusantara. Apalagi lebaran, bersalaman sama siapa juga, mau tentara atau siapa, mau salaman saja dipermasalahkan,” jelas Mike Marjinal, dalam wawancara eksklusif Shindu's Scoop.
Menurut Mike dalam bersalaman dan berfoto dengan seseorang dengan status sosial apapun itu sangat wajar, terlebih dalam momen-momen tertentu. Ia pun meminta agar warganet dapat berpikir lebih terbuka atas segala persoalan yang ada di masyarakat, agar tidak terjerumus dengan berita bohong.
“Oke petinggi, terus masalahnya di mana? Salah gitu seseorang yang gembel bersalaman dengan orang petinggi gitu. Artinya kan bahwa kita dituntut untuk berpikir cerdas, apa lagi itu hanya gambar,” lanjut Mike.
Atas polemik foto dengan tokoh militer itu pun, Bob turut memberikan tanggapan menurutnya hal itu tidak perlu dibesar-besarkan.
“Kalau saya sih ambil quote Gus Dur saja, ‘Gitu aja kok repot’. Sekarang kita mau berteman sama siapa saja itu orang pada pusing, tapi akhirnya kita berpikir bahwa memang kesadaran masyarakat kita seperti itu,” timpal Bob Marjinal.
Lebih lanjut, Mike mengatakan bahwa punk itu tidak membatasi kepada siapapun. Semangat punk adalah semangat bagaimana berkaca pada diri sendiri, ketika dirinya ingin dihargai maka harus menghargai orang lain dan ketika tidak suka ditindas maka tidak akan menindas orang lain.
Marjinal merupakan sebuah grup musik underground punk dari sekian banyak grup band indie di Indonesia yang beraliran punk. Pada awal kariernya di tahun 1997 grup musik ini menggunakan nama AA (Anti ABRI) dan AM (Anti Military), sebelum berganti nama menjadi Marjinal.
(Eka Putri Wahyuni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News