Erwin Gutawa, komponis yang telah malang-melintang selama tiga dekade lebih di industri musik Indonesia, mengakuinya. Dalam bermusik, tidak ada yang benar-benar baru.
"Berputar itu pasti, tapi ada rasa yang baru. Jadi memang itu sudah siklus. Makanya, saya bilang kalau di seni namanya karya ada hubungannya terus. Tapi bukan mencontek. Ada kaitannya. Album Justin Timberlake itu musiknya eighties banget. Cuma lain sekali caranya membawakannya," kata Erwin kepada Metrotvnews.com di Hard Rock Cafe, Jakarta, Rabu (29/30/2014).
Perihal munculnya tren musik pop-Melayu yang sempat menginvansi industri musik Indonesia beberapa waktu lalu, Erwin memiliki pandangan berbeda. Jika sebagian orang memandang sebelah mata kepada band beraliran pop-Melayu, tidak dengan Erwin.
Ayah dari penyanyi Gita Gutawa ini tak setuju jika musik pop-Melayu dibilang jelek.
"Saya penggemar musik Melayu, tapi musik Melayu yang dulu. Musik Melayu yang dulu liriknya keren-keren. Karena kalau lagu itu ada dua penilaian, melodi dan lirik. Melodi boleh simpel, tapi liriknya berarti. Atau melodi bisa bagus, tapi liriknya sederhana. Atau dua-duanya gila (bagus). Jadi, saya harus lihat dari situ," paparnya.
Erwin membandingkan antara musik Melayu zaman dulu dengan sekarang.
"Nah, musik Melayu zaman Said Effendi saya suka. Musik melayu sekarang saya suka musiknya, tapi liriknya terlalu 'cheesy'. Mungkin itu yang disuka zaman sekarang," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News