Glenn bukan hanya menyanyikan lagu romantis semata. Apa yang dilakukannya ketika turun dari panggung pun menjadi inspirasi.
Ketika musisi lain sibuk membahas pembajakan dan apatis terhadap pemerintah, Glenn justru berbuat sesuatu. Dia memberdayakan masyarakat yang cinta kesenian dengan mendirikan Rumah Beta di Ambon.
Sebelum Indonesia Timur ramai diperbincangkan di media sosial karena alamnya yang memukau, Glenn telah menciptakan lagu dan menggalakkan kampanye sosial untuk memotivasi masyarakat Indonesia Timur. Kampanye itu dinamai Voice from the East.Tidak terasa, 20 tahun sudah Glenn mewarnai kancah seni negeri ini. Glenn bukan hanya musisi, tetapi inspirator yang mampu membuktikan bahwa selalu ada celah untuk membuat perubahan.
Dua tahun terakhir, nama Glenn terlihat di dua produksi film, "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" dan "Filosofi Kopi." Glenn menjadi produser di kedua film itu. Dalam wawancara di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015), Glenn mengaku, ketertarikannya dalam dunia film kian menjadi ketika bertukar pikiran dengan Angga Dwimas Sasongko.
Glenn merasa ada persoalan mendasar yang sama, yang dihadapi dunia film dan musik di negeri ini. Mereka berdua lantas membangun Visinema Pictures. Proyek awalnya adalah menggarap "Cahaya dari Timur: Beta Maluku."

Glenn Fredly pada peluncuran film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (Foto:Antara)
Proyek ini berisiko tinggi. Tema cerita yang diangkat bukan kisah populer. Latar tempat yang dipilih pun bukan kota besar yang "menjual" macam Paris atau setidaknya Jakarta. Tetapi, Glenn dan Angga membuktikan bahwa kerja keras dan kualitas tidak pernah mengkhianati hasil. "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" pun didaulat menjadi Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2014.
Tahun 2015 ditandai Glenn sebagai titik perjalanan 20 tahun berkarya. Selebrasi yang dilakukan cukup besar. Tur 20 kota, meluncurkan buku, merilis album, dan sebuah film. Meski Glenn bukan musisi pertama yang menggarap beragam proyek dalam satu rangkaian, tetapi yang dilakukannya menjadi role model tersendiri.
Sejak hengkang dari label mayor, kreativitas Glenn semakin menjadi. Saat perdebatan klise tentang lebih baik siapa, antara musisi independen dan label mayor, Glenn lagi-lagi membuktikan bahwa ketiadaan sokongan dari perusahaan rekaman besar membuat dirinya tetap mampu bertahan.

Glenn Fredly di antara pemain film Filosofi Kopi (Foto:Antara)
Konser 17 tahun berkarya yang pernah digelar Glenn pada 2012 menjadi salah satu bukti. Glenn menggelar konser besar tanpa sponsor. Sebuah terobosan yang berani, sekaligus jawaban akan tantangan bagi para seniman yang masih menjadikan sponsor sebagai bantal dan alih-alih tak berkarya.
"Saya selalu bilang, saya ingin terus berkarya. Karena enggak mudah berkarya di republik ini, di mana (masyarakat) sulit belajar menghargai," kata Glenn.
Dalam menjalani karier sebagai seniman, Glenn pun tidak menampik pernah mengalami frustasi. "Pernah stuck. Contoh, saat kampanye pembajakan di Indonesia, kepikiran gimana karier musisi, karier gue," ujar Glenn tenang. "Saya senang banget lewatin fase dari berpendapat itu dilarang sampai bebas seperti sekarang," imbuh mantan suami Dewi Sandra.

Glenn Fredly dan musisi lain saat kampanye Pilpres 2014 (Foto:Antara)
Glenn pun menyikapi tantangan itu tanpa ada satu pikiran pun untuk berhenti bermusik. "Kalau berhenti, enggak, tapi vakum, iya. Saya enggak menyalahkan musik, tapi saya mau cari suasana baru. Masalah personal yang memengaruhi banyak juga. Itulah kehidupan. Dunia yang saya jalani sangat erat dengan apa yang saya lihat. Saya jalani, dan naik turunnya saya nikmati," urainya.
Pada Oktober mendatang, Glenn rencananya akan merilis film "Surat dari Praha." Film ini diadaptasi dari lika-liku perjalanan musik Glenn selama 20 tahun di industri musik. Film yang disutradarai Angga itu akan mengangkat drama romantis dengan latar kejadian yang berbeda dari kehidupan Glenn, tetapi dengan spirit yang sama.
Satu hal yang patut diapresiasi, meski Glenn terbilang sukses sebagai produser film, dia tetap membawa semangat yang sama, "Cahaya dari Timur."
Dia justru membangun satu ekosistem baru dalam industri kreatif untuk mewujudkan cita-citanya mengangkat eskotisme dan multi kultural dari Indonesia Timur yang jauh dari sorotan media. Untuk itu, Glenn menyiapkan sebuah film yang akan mengangkat kisah Mama Aleta, seorang tokoh perempuan inspiratif dari Pulau Timor.
Sudah 11 album jadi saksi perjalanan Glenn, kreativitas sebagai seniman lintas latar belakang pun telah dibuktikan melalui perannya sebagai produser film. Apa yang dikerjakan Glenn tidak berhenti sampai di sini, karena jalan masih panjang.
"Karena kita semua punya impian dan harapan. Bergantung bagaimana kerja keras kita lakukan untuk mencapai (impian) itu. Semakin dalam kita melakukan sesuatu, ya kita harus melakukannya dengan senang hati," tutup Glenn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News