Dalam sesi jumpa pers yang digelar di Krapela, Jakarta Selatan pada Kamis, 3 Juli 2025, Eson bercerita bahwa proses kreatif album ini dimulai sejak 2023, berangkat dari dinamika emosional yang ia alami bersama sang ibu, terutama sejak masa pandemi COVID-19.
"Secara substansi album ini tuh didorongnya karena ada pengalaman antara aku dan ibuku sebenarnya. Jadi ada suatu tragedi gitu, ibuku sempat sakit segala macem dan itu bikin aku banyak dorongan untuk nulis tentang dia," ungkap Eson.
Suaka pun hadir sebagai eksplorasi naratif tentang hubungan antara seorang anak dan ibu, dirangkum dalam sembilan trek yang penuh perasaan. Lagu-lagu di dalamnya menyampaikan bentuk kasih yang tak selalu mudah, tapi terasa sangat tulus dan mendalam.
"Jadinya yang dieksplor secara narasi di album ini adalah dinamika antara seorang anak dan ibu. Dinamika ini yang akhirnya kami rangkum jadi sembilan lagu," lanjutnya.
Lebih lanjut, Eson pun menerangkan bahwa tajuk album Suaka diambil dari lirik lagu pembuka yang berjudul “Pedja”. Dalam lagu tersebut, terselip lirik “Suaka itu buah hatiku”, yang mengandung makna simbolis tentang tempat perlindungan dan rasa aman.
“Menurut ibuku, waktu melahirkan aku, dia merasa seperti melahirkan tempat untuk dia berlindung. Tapi bagiku, justru dia yang jadi tempat berlindungku,” tutur Eson penuh makna.
JUNI Records Beri Kebebasan Rasukma dalam Proses Kreatif

(CEO JUNI Records bersama Rasukma)
Sementara itu, CEO JUNI Records Adryanto Pratono alias Boim mengungkapkan bahwa ia memberi kebebasan penuh kepada Rasukma yang digawangi oleh Eson (vokal, gitar) dan Aulia Maghfirani Noor alias Adel (vokal) dalam proses kreatif pembuatan album Suaka.
"Gua waktu denger demo-nya udah tau ini ceritanya personal gitu. Jadi menurut gue, gak bisa diintervensi. Karena cerita personal nggak bisa kita edit ya," ujar Boim.
Boim juga menyebut bahwa kekuatan utama Rasukma justru terletak pada penampilan panggung mereka yang sederhana dengan permainan gitar nilon dari Eson.
"Rasukma sangat band panggung, mereka tuh senjata utamanya adalah show-nya. Jadi sebisa mungkin, peran gua memberikan mereka jalan untuk bertemu dengan audiensnya," lanjutnya.
Album Suaka Hadirkan Musik Dangdut yang Terinspirasi dari Soneta Group
Album Suaka sendiri berhasil menunjukkan kedewasaan dan keberanian Rasukma dalam bereksplorasi secara musikal. Salah satu contohnya pun hadir dalam trek kedua berjudul "Peluruh" yang menghadirkan nuansa musik folk yang dipadukan dengan elemen musik dangdut, termasuk suara gitar yang terinspirasi dari Soneta Group.
"Di album ini, kita memperlebar sayap banget. Salah satu contoh nyatanya tuh di lagu 'Peluruh', kita ngambil nuansa musik dangdut dan memborong suara gitar ala Soneta," tutur eson.
Meski sebagian besar lagu dalam album Suaka ditulis dan diaransemen oleh Eson, ada satu lagu yang menjadi titik temu kolaboratif antara Eson dan Adel.
"Kebanyakan lagu-lagunya, baik lirik maupun aransemen, emang Eson yang garap. Tapi ada satu lagu yang kita bikin bareng untuk pertama kalinya, yaitu 'Rajut'. Nah, di lagu itu kita bener-bener mulai dari nol, ngerjain bareng semua, dari lirik, progresi, sampai aransemennya,” tambah Adel.
Selebihnya, album ini menjadi ajang bagi Rasukma untuk bereksplorasi secara sonik. Rasukma mengambil inspirasi dari genre-genre musik seperti musik folk, alternative, dangdut, bossanova, jazz, hingga musik melayu pada lagu-lagu di album ini.
Dengan itu, banyak instrumen-instrumen baru yang Rasukma pakai, seperti saxophone, kendang, conga, dan penggunaan instrumen keys yang lebih menonjol dibanding album perdana mereka bertajuk Inti Bumi (2020).
Di album Suaka, Rasukma juga dibantu oleh Agung Muhammad Firdaus (drum), Rezki Delian (perkusi), Muhammad Afif Abdulloh (vokal latar), Ditra Prasista (keys), Raftsany Zuhdi (vokal latar), dan Dwi Fari (saxophone).
Untuk menemani kesembilan lagu ini, Official Lyric Video dari semua lagu-lagu di dalam album Suaka juga sudah dapat disaksikan di kanal YouTube Rasukma. Semua video ini diproduksi dalam satu hari bersama Studio Sinema dan disutradarai oleh
Rayhan Farqi.
"Semoga Suaka bisa menjadi katalis orang-orang yang mendengarnya untuk berkontemplasi, berefleksi dan akhirnya menemukan solusi atas suara-suara di kepalanya," tutup Adel.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News