Melansir dari the guardian, Album yang diberi judul Is This What We Want?, dirilis bersamaan dengan meningkatnya gelombang protes dari kalangan seniman dan tokoh budaya yang menilai kebijakan ini mengancam mata pencaharian mereka.
Sejumlah nama besar seperti Paul McCartney, Elton John, Björn Ulvaeus dari ABBA, aktris Julianne Moore, serta penulis Val McDermid dan Richard Osman turut menyuarakan keprihatinan mereka atas potensi eksploitasi karya kreatif oleh perusahaan teknologi.
Simbol Dampak Kehilangan Hak Cipta
Album ini berisi 12 rekaman yang tidak memiliki suara, mencerminkan kemungkinan masa depan di mana karya musisi bisa diambil alih oleh AI tanpa izin. Ed Newton-Rex, seorang komposer asal Inggris sekaligus mantan eksekutif di industri AI yang menggagas proyek ini, mengatakan bahwa kebijakan pemerintah akan memberikan karya musisi kepada perusahaan AI secara gratis."Kebijakan ini tidak hanya merugikan musisi, tetapi juga tidak diperlukan. Inggris bisa tetap menjadi pemimpin dalam AI tanpa harus mengorbankan industri kreatifnya," ujar Newton-Rex dikutip pada Kamis, 27 Februari 2025.
baca juga: Ari Bias dan Ahmad Dhani Tegaskan Tak Punya Masalah Personal dengan Agnez Mo |
Protes ini menentang kebijakan yang mengizinkan perusahaan AI menggunakan karya kreatif sebagai bahan pelatihan algoritma mereka di bawah pengecualian hak cipta baru. Meskipun terdapat opsi bagi kreator untuk menolak penggunaan karya mereka (opt-out), banyak pihak menilai mekanisme ini tidak adil dan sulit diterapkan.
Album tersebut mencantumkan lebih dari 1.000 musisi sebagai penulis lagu, termasuk Tori Amos, Billy Ocean, Hans Zimmer, dan grup musik The Clash. Setiap trek dalam album tidak mencantumkan nama musisi tertentu, tetapi diketahui bahwa Kate Bush turut merekam salah satu trek di studionya sendiri.
Bush menyampaikan kegelisahannya dengan bertanya, “Apakah di masa depan suara kita akan hilang begitu saja?”
Judul-judul dalam album ini secara keseluruhan membentuk sebuah pesan yang tegas: Pemerintah Inggris tidak boleh melegalkan pencurian musik demi keuntungan perusahaan AI.
Dampak Lebih Luas dan Reaksi Pemerintah
Keberatan terhadap kebijakan ini tidak hanya datang dari musisi, tetapi juga dari berbagai pihak dalam industri kreatif. AI saat ini menggunakan beragam data, termasuk musik, artikel berita, foto, dan karya seni, untuk melatih sistem mereka tanpa selalu mendapatkan izin dari pemilik hak cipta.Hal ini telah memicu berbagai gugatan hukum dari penulis, penerbit berita, perusahaan musik, dan seniman.
Sebagian perusahaan telah membuat kesepakatan lisensi dengan pengembang AI. Salah satunya adalah The Guardian, yang telah menandatangani kerja sama dengan OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT.
Peluncuran album Is This What We Want? bertepatan dengan penutupan konsultasi pemerintah mengenai perubahan aturan hak cipta, di mana kebijakan yang mendukung perusahaan AI menjadi pilihan utama.
Sebagai bentuk protes tambahan, sejumlah surat kabar besar di Inggris, termasuk The Guardian, menampilkan slogan "Make It Fair" di halaman depan mereka. Sebuah surat terbuka yang diterbitkan di The Times dan ditandatangani oleh 34 tokoh kreatif, termasuk Ed Sheeran, Stephen Fry, Andrew Lloyd Webber, dan Tom Stoppard, juga mengecam kebijakan ini sebagai bentuk pemberian hak dan pendapatan secara cuma-cuma kepada perusahaan teknologi besar (Big Tech).
Menanggapi kritik yang semakin meluas, juru bicara pemerintah Inggris menyatakan bahwa aturan hak cipta saat ini menghambat perkembangan industri kreatif dan sektor AI.
Oleh karena itu, mereka tengah mencari pendekatan baru yang dapat melindungi kepentingan pengembang AI sekaligus pemegang hak cipta agar keduanya bisa berkembang secara bersamaan.
Namun, para seniman tetap berpendapat bahwa kebijakan ini dapat mengorbankan industri kreatif demi kepentingan perusahaan teknologi. Stephen Fry menggambarkan situasi ini seperti membiarkan hama merusak kebun demi pertumbuhan yang lebih cepat.
"Anda tidak bisa membiarkan AI mengonsumsi semua karya kreatif kita tanpa batas," ujarnya.
Ke depannya, keputusan pemerintah Inggris mengenai aturan ini akan menjadi penentu apakah dunia seni dan musik tetap dapat berkembang secara mandiri atau semakin terkikis oleh teknologi kecerdasan buatan.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id