Kolaborasi ini bukan sekadar menghadirkan hiburan, tapi juga pesan kritis tentang ketidakadilan sosial. Bagi Zima, kesempatan mengisi soundtrack ini bukan hanya memperluas jangkauan musik mereka, tetapi juga mempertegas identitas band.
"Muda dan Tak Berguna bukan cuma lagu. Ini adalah teriakan amarah yang menemukan rumahnya di Rest Area. Cerita filmnya punya napas yang sama dengan musik kami," ungkap Momo, vokalis sekaligus gitaris Zima.
Lirik-lirik lagu seperti "hilang manusiawi, yang penting kejar harta" dan "suara kami tak didengarkan, melawan pasti akan dibungkam" seakan menjadi gema dari konflik dalam film.
"Kami menyoroti wajah gelap ketidakadilan sosial yang kerap terjadi di sekitar kita," ucapnya.
baca juga: Makna dan Lirik Lagu "Gugatan Rakyat Semesta" dari .Feast |
Rest Area sendiri mengisahkan lima anak muda kaya raya yang terjebak di tempat singgah terpencil dan harus berhadapan dengan Hantu Kresek yang menjadi simbol dendam dari tanah yang dirampas secara semena-mena. Aditya Testarossa menilai kehadiran lagu "Muda dan Tak Berguna" memberi dimensi baru bagi filmnya.
"Musik Zima menangkap amarah cerita ini. Lagu itu bukan hanya pengiring, tapi perpanjangan dari suara-suara yang selama ini dibungkam," kata Aditya.
Zima beranggotakan Momo, Zuhdil, Ismeth, dan Andi Babon. Mereka sebelumnya dikenal lewat band Captain Jack yang lantang menyuarakan kritik sosial. Kini bersama Agib Tanjung di bass, mereka hadir dengan energi segar, tapi tetap menyimpan roh perlawanan.
"Kolaborasi ini menjadikan Rest Area lebih dari sekadar film horor. Ia hadir sebagai cermin tentang kerakusan dan dosa pembangunan, sementara musik Zima menjadi pengeras suara bagi mereka yang terpinggirkan," tutupnya.
Film Rest Area dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 20 Oktober 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News