Belakangan, ada inovasi baru, yaitu menggandeng perusahaan yang sebelumnya dikenal kerap membajak karya musik, untuk merilis produk bernama VCD Karaoke Super Ekonomis.
Para pengganda cakram padat yang digandeng ASIRI berada di bawah naungan PIMRI (Perkumpulan Industri Media Replika Indonesia).
VCD Karaoke Super Ekonomis dijual dengan harga yang sama dengan produk bajakan pada umumnya. Bedanya, ini adalah produk legal.
Singkatnya, para pembajak akan membagi hasil dengan perusahaan rekaman yang memberi mereka materi musik legal. Dengan catatan, para pembajak itu insyaf dan tidak menjual produk VCD karaoke musisi lokal versi bajakan lagi.
Rahayu Kertawiguna, CEO Nagaswara sekaligus Wakil Ketua ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), menyatakan bahwa merilis VCD Karaoke Super Ekonomis adalah langkah tepat mengatasi persoalan pembajakan yang berlarut-larut ini.
"Ini adalah cara sambil menyelam minum air. Karena di rumah karaoke masih menggunakan video yang palsu. Bukan video asli yang digunakan di video karaoke. Happy Puppy terutama, kami tidak mengizinkan (menggunakan video musik tidak resmi). Kami lebih senang bekerja sama dengan pihak Glodok yang sudah ketahuan punya produk yang jelas dan membayar," kata Rahayu saat dihubungi via telepon oleh Metrotvnews.com.
Glodok selama ini dikenal sebagai kawasan yang menjadi pusat penjualan ragam produk bajakan, mulai dari CD musik, VCD dan DVD film, juga perangkat lunak komputer. Deklarasi kerja sama ASIRI dan PIMRI pun digelar di Pinangsia Plaza, Glodok, Jakarta Barat, pada awal Februari 2016.

CEO Nagaswara Rahayu Kertawiguna (Foto: Nagaswara)
Meski uang yang didapat label per keping VCD Karaoke Super Ekonomis kecil, yaitu Rp850, Rahayu tetap optimistis cara ini mampu mendongkrak pendapatan perusahaan rekaman sekaligus menekan pembajakan.
"Tujuan utama adalah agar konsumen tidak dilecehkan oleh produk. Karena produk yang murah biasanya bajakan. Kenapa bisa murah? Karena oplahnya besar. Di Glodok itu kami bisa jual 5 juta keping satu bulan. Kalau masalah jujur atau tidak orang-orang Glodok, kembali lagi orang-orang itu (PIMRI)," jelasnya.
Meski baru sekitar satu bulan berjalan, Rahayu mengaku sudah melihat dampaknya. Penjualan produk VCD Karaoke Super Ekonomis itu terbilang tinggi.
"Perjanjian kerja sama ASIRI dan PIMRI dilakukan akhir Desember 2015, mulai running penjualan VCD itu awal Februari 2016. Hasil sudah ada, meski belum capai target besar. Saya sudah dengar ada dua juta keping yang laku. Supaya gampang menghitungnya, album-album yang beredar beradasarkan label. Misal VCD Super Ekonomis dari Musica satu album (berisi artis-artis dari label terkait), Nagaswara satu album, dan lain-lain," terangnya.
Fenomena ini cukup unik, mengingat tren penjualan rilisan fisik musik saat ini terbilang turun. Terlebih, penikmat musik tengah berbondong-bondong menjajal layanan musik berbasis digital. Sehingga, penjualan VCD karaoke yang mampu menembus angkat berjuta-juta keping seperti situasi yang bertolak belakang dengan zaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News