Diketahui Thom Yorke memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Ia pernah mengungkap bahwa tekanan dan sorotan publik terkait pandangannya mengenai konflik Israel-Palestina baru-baru ini sangat mempengaruhi kondisi mentalnya.
Insiden konser solonya di Melbourne, membuat Thom terkejut dan sulit bereaksi. Hal tersebut memperparah kondisi mentalnya, yang memang sejak lama dikabarkan mengalami gangguan yang serius.
Dalam keterangan terbaru yang dibagikan pada Instagramnya, Thom menjelaskan kejadian yang terjadi 2024 silam itu.
baca juga: Diteriaki Penonton soal Palestina, Thom Yorke Tinggalkan Panggung |
“Seseorang berteriak kepada saya dari kegelapan tahun lalu, ketika saya sedang mengambil gitar untuk menyanyikan lagu terakhir di depan 9000 orang di Melbourne, tampaknya bukan saat yang tepat untuk membahas bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Gaza,” tulis Thom dalam unggahan Instagramnya @thomyorke, dikutip Medcom.id, Sabtu, 31 Mei 2025.
Thom merasa terkejut karena diamnya dianggap sebagai keterlibatan. Dia mengaku berusaha keras untuk menemukan cara yang tepat untuk menanggapi hal ini.
Bagi Thom, diamnya itu adalah usaha untuk menunjukkan rasa hormat kepada semua orang yang menderita dan mereka yang telah meninggal.
“Tidak meremehkannya dalam beberapa patah kata, telah memungkinkan kelompok oportunis lain untuk menggunakan intimidasi dan pencemaran nama baik untuk mengisi kekosongan, dan saya menyesal memberi mereka kesempatan ini. Ini sangat mempengaruhi kesehatan mental saya,” lanjutnya.
Thom Yorke dengan Tegas Menolak Ekstremisme
Thom menyebut melalui karya lagunya, jelas bahwa dia menolak dengan tegas segala bentuk ekstremisme. Semua itu dapat dilihat dari lirik-lirik yang dirajutnya.
“Akan menjadi jelas bahwa saya tidak mungkin mendukung segala bentuk ekstremisme atau dehumanisasi terhadap orang lain. Yang saya lihat dalam kerja seumur hidup dengan sesama musisi dan seniman adalah perlawanan terhadap hal-hal seperti itu,” ungkap Thom.
Atas tekanan yang didapatnya selama ini, Thom berpikir bahwa ini saatnya dia berbicara, memberikan pikirannya terkait isu Palestina.
“Saya pikir Netanyahu dan kelompok ekstremisnya benar-benar tak terkendali dan perlu dihentikan, dan masyarakat internasional harus memberikan semua tekanan yang bisa diberikan kepada mereka untuk menghentikannya,” tulis Thom.
Thom juga menyinggung warganet yang terkadang kurang bijak dalam menghadapi sebuah isu sensitif. Baginya terkadang warganetlah yang membuat kehebohan di sosial media.
“Itu adalah teriakan dari kegelapan. Itu bukan menatap mata orang lain saat anda berbicara. Itu adalah membuat asumsi yang berbahaya. Itu bukan perdebatan dan itu bukan pemikiran kritis,” lanjutnya.
Akhir kata Thom berharap persoalan di Palestina dapat segera teratasi, jutaan orang yang berdoa agar penderitaan, keterasingan, dan kematian dapat berakhir.
“Berdoa agar kita bersama-sama dapat memperoleh kembali kemanusiaan dan martabat kita, serta kemampuan kita untuk mencapai pemahaman bahwa suatu hari nanti kegelapan ini akan berlalu,” tutup Thom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News