Yuni Shara mengatakan keinginannya membangun sekolah muncul setelah melihat anak dari gurunya yang mengajar di sebuah tempat dengan kondisi tidak layak.
"Suatu kali, saya mau pamitan pulang sama anaknya ibu guru saya. Dia mengajar di sekolah, di sekolah PKK. Pas saya ngeliat di situ, ternyata dia mengajar di sekolah yang atapnya udah mau ambruk," kata Yuni Shara, dikutip dari program Kick Andy di Metro TV, pada Selasa, 3 Desember 2024.
Anak dari gurunya itu menyampaikan sekolah itu berencana untuk ditutup. Namun Yuni Shara mencegahnya dan mengambil alih kepemilikannya.
"Saya bilang, 'jangan mbak sayang' gitu. Aku oper aja deh," tutur Yuni Shara.
Kejadian itu terjadi saat Yuni Shara membawa anak-anaknya untuk melihat kampung halamannya di Batu, Malang, pada 12 tahun yang lalu.
"Jadi, berawal dari situlah saya memulai dunia yang sama sekali yang gak pernah saya bayangkan, dunia pendidikan," tambah Yuni Shara.
baca juga: Pesona Yuni Shara di Usia 52 Tahun, Masih Lincah Bergoyang |
Setelah beberapa tahun sekolah itu berjalan, Yuni Shara telah memiliki 10 guru sebagai tenaga pengajar. Tujuannya mendirikan sekolah itu adalah untuk anak-anak yang tidak mampu sehingga biaya iurannya hanya sebesar Rp2.500 saja.
"Dan anak-anak itu, waktu itu bayar sekolahnya 2.500 rupiah. Karena memang untuk anak-anak yang tidak mampu," ujar Yuni Shara.
Menurutnya, biaya iuran itu ditetapkan sebagai bentuk tanggung jawab saja. Yuni Shara pun tidak memaksa setiap siswa harus membayar Rp2.500. Bahkan ada membayar dengan sayuran dan buah-buahan.
"Itu maksud saya supaya ada tanggung jawab aja. Sebenarnya gratisan gitu tapi ada tanggung jawab gitu," ucap Yuni Shara.
"Rp2.500 itu juga gak selalu bayar. Ada juga yang kasih sayur, kasih buah," lanjutnya.
Pada awalnya, Yuni Shara menyewa sebuah bangunan sebagai tempat para siswa menuntut ilmu. Hingga akhirnya, PAUD Cahaya Permata Abadi memiliki gedung sendiri pada tahun ke-12.
Selama sekolah itu berjalan, Yuni Shara mengaku tidak pernah membuka donasi. Namun ia mempersilakan siapa saja yang ingin membantu seikhlasnya dengan memberikan daftar keperluan para siswa.
Kini, PAUD Cahaya Permata Abadi telah memiliki 26 guru yang siap mengajar para siswanya. Sekolah itu terbagi menjadi empat tingkatan, yakni playgroup, TK A, TK B, dan daycare.
PAUD Cahaya Permata Abadi pun sudah tidak lagi menjadi sekolah khusus untuk anak-anak yang tidak mampu. Bahkan ada anak pejabat yang bersekolah di sana.
Yuni Shara pun memutuskan untuk menaikkan biaya iuran sekolah guna melakukan subsidi silang.
"Akhirnya saya berpikir mulai untuk mencoba menaikan harga bayaran sekolah, subsidi silang saya mulai mencoba terapkan. Supaya nanti seandainya saya sudah gak ada, sekolah itu tetap berjalan," pungkas Yuni Shara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News