"Kita ngefans sama (penulis) Dee Lestari dengan cerita pendeknya, akhirnya kita bikin film," tutur Chicco kepada Medcom.id di Kedai Filosofi Kopi Pasar Baru, Jakarta Pusat.
"Tapi kita pikirkan, ini menarik banget kalau Filosofi Kopi ini kita jadikan IP. Jadi bukan hanya film, tapi kita jadikan kedainya, kita bikin radio play, ada komik, action figure-nya," tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa Filosofi Kopi dibuat sebagai gerakan untuk menyampaikan apa yang terjadi pada industri kopi di Indonesia. Dalam hal ini, bisa dibilang sebagai aspirasional brand.
Chicco pun mengenang saat rilis film Filosofi Kopi pertama, yakni untuk menceritakan tentang barista. Pada saat itu, kata Chicco, sangat sedikit orang yang mengetahui tentang barista.
"Orang yang di belakang bar kopi ini orang bilang bartender atau pelayan. Padahal ada profesi yang keren namanya barista, di luar negeri booming. Akhirnya kita rilislah film pertama untuk mengkomunikasikan itu," kenangnya.
Setelah filmnya dirilis, ia mengakui jumlah penontonnya terhitung sedikit. Meskipun demikian, visi dari film tersebut berhasil disampaikan ke masyarakat Indonesia. Bahkan, banyak anak muda yang baru lulus SMA ingin bekerja sebagai barista.
"Sekarang barista jadi salah satu profesi yang dilirik sama masyarakat juga. Akhirnya kita lihat film pertama berhasil, kita mau lihat yang kedua mau ngobrolin tentang industri kopi itu sendiri dari hilir ke hulu," paparnya.
Kemudian, pihaknya melihat regenerasi petani kopi yang semakin lama semakin menurun. Padahal, Indonesia merupakan negara agraris dan memiliki bisnis kopi yang telah berkembang pesat.
"Tapi kita pengin imbang dari hulu ke hilirnya, di perkebunannya juga. Makanya kita rilislah film kedua, Ben (karakter dalam film Filosofi Kopi) balik lagi. Dia tinggalin kedai Filosofi Kopi dan kembali jadi petani. Lalu film selanjutnya, Ben & Jody akan menceritakan apa yang terjadi pada perkebunan kopi," bebernya.
Chicco yang juga produser film Ben & Jody menekankan bahwa jejeran film Filosofi Kopi langsung bekerja sama dengan petani kopi di daerah. Sebab, pihaknya ingin penikmat kopi mengetahui cerita kopi yang telah melalui proses panjang, termasuk dari mana asal kopi itu. Bukan hanya minum kopi.
"Kita pakai kopi dari Kerinci, Gayo dan Sukabumi, dan kita juga lagi gencarkan seasonal beans setiap bulannya untuk mengenalkan berbagai jenis kopi asal Indonesia," imbuhnya.
Suami aktris Putri Marino ini ikut serta dalam setiap progres film Filosofi Kopi karena yakin dengan kualitas kopi di Indonesia. Ia mengatakan, Indonesia memiliki kopi terbaik di dunia. Maka dari itu, harus ada cara yang tepat untuk menyuarakan fakta tersebut.
"Orang luar saja percaya sama kopi kita. Kenapa kita enggak? Karena kita punya kopi terbaik yang dikenal dunia," jelasnya.
Di sisi lain, Chicco merasa puas dan bahagia dengan proses syuting film terbarunya, Ben & Jody. Pelaksanaan syuting setiap harinya tidak lebih dari 12 jam. Waktu syuting pun dimulai pukul 19.00 WIB.
"Adegannya lebih banyak malam. Syutingnya juga di tengah hutan, supaya jauh dari warga. Production days 45 hari. Setiap tiga hari syuting kita break sehari," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News