Usmar Ismail (Foto: via studioantelope)
Usmar Ismail (Foto: via studioantelope)

Profil Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia yang Diusulkan Jadi Pahlawan

Sunnaholomi Halakrispen • 30 Maret 2021 10:00
Jakarta: Usmar Ismail mendapatkan julukan sebagai Bapak Perfilman Indonesia. Sebab, ia telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan industri film Tanah Air.
 
Ia lahir di Bukuttinggi pada 20 Maret 1921 dan dikenal sebagai penyair. Ia juga giat dalam aktivitas teater, kegiatan sekolah yang berbau sastra, hingga akhirnya menggeluti dunia perfilman.
 
Bahkan, Usmar Ismail berhasil membentuk kelompok sandiwara bernama Maya, sebagai awal seni teater modern pada tahun 1943. Keahliannya di bidang ini tak hanya berasal dari kreativitas yang terus diasah.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Namun, juga dibekali dengan pendidikan formal. Usmar Ismail menempuh meraih beasiswa perfilman dari Yayasan Rockeffeller dan lulus dari Jurusan Film di University of California Los Angeles (UCLA) pada tahun 1953.
 
Selain itu, nama Usmar Ismail merupakan pendiri Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini) yang terbentuk pada 30 Maret 1950. Juga menjadi hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail.
 
Film itu menorehkan sejarah besar, membuka peluang dan semangat bagi industri perfilman Indonesia. Sebab, di era yang memiliki keterbatasan teknologi kala itu, Darah & Doa adalah film pertama yang dibuat dan diperankan oleh orang Indonesia.
 
Gelarnya, sebagai pelopor perfilman Indonesia. Tanggal yang sama pun ditetapkan sebagai peringatan Hari Perfilman Nasional. Selain film Darah dan Doa, film Tiga Dara (1956) juga menjadi karya terpopuler Usmar Ismail.
 
Akan tetapi, Usmar Ismail meninggal pada 2 Januari 1971 akibat pendarahan di otak. Ia dinyatakan meninggal dunia pada usia hampir mencapai 50 tahun. Namun hingga kini, namanya tetap abadi dengan karya-karya yang berdampak besar bagi industri perfilman Indonesia.
 
Untuk memperingati Hari Film Nasional ke-71 jatuh pada tanggal 30 Maret 2021 sekaligus 100 tahun Usmar Ismail, sejumlah insan perfilman Tanah Air mendorong agar Usmar Ismail mendapatkan gelar pahlawan nasional.
 
"Dia adalah perintis untuk semua hal di perfilman Indonesia. Pertama, dia yang meletakkan sinema Indonesia pertama, dibuat oleh orang Indonesia, kru orang Indonesia, semuanya. Itulah film Indonesia pertama (Darah dan Doa) dan ceritanya menarik," ujar Wina Armada, kritikus film dan juga Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat.
 
Untuk memperkuat usulannya, Wina dan sejumlah sineas sudah menyiapkan sejumlah bukti bahwa Usmar Ismail layak dijadikan pahlawan nasional. Bukti akan diserahkan ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP).
 
 
 
(ELG)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif