(foto:ilustrasi)
(foto:ilustrasi)

Cukup 1 Pertanyaan Ungkap Orang Narsis

07 Agustus 2014 17:19
medcom.id, Ohio: Narsisme bukan lagi sesuatu yang dipandang negatif. Setidaknya, banyak orang sudah tidak peduli lagi apakah dia seorang yang dikategorikan narsis atau tidak. Toh, saat ini banyak perangkat teknologi mendorong orang untuk lebih aktif mengenalkan siapa dirinya ke dunia luar.
 
Istilah selfie atau mengarahkan kamera ke diri sendiri, sering disebut-sebut, secara bercanda, sebagai aksi narsis. Tidak ada efek psikologi yang berat terhadap orang di sekitarnya yang melihat aksi itu. Bergaya narsis yang seperti itu justru kerap membuat ceria suasana. Orang di sekitarnya pun bisa tersenyum--senyum melihat tingkah polah orang yang sedang selfie.
 
Dalam konteks itu, tidak ada masalah dengan sikap narsis. Namun narsisme bukan hanya soal selfie atau aktivitas mengunggah foto dan status di media sosial. Narsisme dalam tingkatan tertentu bisa bermakna negatif bagi masyarakat.

Sikap narsis seseorang sebuah sinyal yang perlu dikenali untuk berbagai tujuan, seperti pergaulan, oraganisasi  atau apapun yang terkait kehidupan sosial. Mendeteksi kecenderungan narsis pada seseorang  pun ternyata tidak terlalu sulit. Anda hanya perlu mengajukan satu pertanyaan.
 
Para peniliti di Universitas Ohio menemukan satu metode baru untuk melihat potensi narsis pada seseorang. Sebelumnya, mereka melibatkan 2,200 orang dari berbagai tingkatan usia, untuk berpartisipasi dalam eksperimen mereka. Para peneliti kemudian menemukan cara mengidentifikasi mereka yang narsis dengan melontarkan satu pertanyaan lengkap dengan penjelasan tentang narsis.
 
Sejauh mana anda setuju dengan pendapat ini:"Saya seorang yang narsis. (narsis berarti: egois, fokus pada diri sendiri, dan sombong).
 
Partisipan tinggal menjawab dengan merangking dirinya sendiri dengan skala 1( bukan saya sama sekali) sampai 7 (sangat saya sekali).
 
Hasilnya menunjukkan jawaban orang terhadap pertanyaan ini sangat mirip dengan hasil dari metode yang menggunakan sejumlah pertanyaan, termasuk metode yang biasa digunakan Narcisstic Personality Inventory (NPI).  
 
Perbedaannya adalah dalam survei terbaru ini,  yang disebut para peneliti sebagai Single Item Narcissm Scale (SINS)-- hanya satu pertanyaan, sedangkan NPI mempunyai 40 pertanyaan yang harus dijawab orang yang sedang diteliti.
 
"Orang  yang berani mengakui bahwa mereka lebih narsis daripada orang lain, kemungkinan besar mereka memang seorang yang narsis," ujar Brad Bushman, profesor komunikasi dan psikologi Universitas Ohio.
 
"Mereka yang narsis hampir selalu bangga dengan fakta itu. Anda bisa bertanya kepada mereka secara langsung karena mereka tidak melihat narsisme sebagai sebuah kualitas negatif -- mereka percaya mereka superior dari orang lain dan tidak masalah mengatakan itu secara terbuka," imbuhnya.
 
Bushman melakukan penelitian bersama Sara Konrath dari Indiana university Lily Family School of Philanthropy dan Brian Meier dari Gettysburg College. Kesimpulan mereka diterbitkan di jurnal PLOS ONE.
 
Menurut Konrath, narsisme punya banyak implikasi di masyarakat yang efeknya melampaui kehidupan orang yang punya karakter tersebut.  
 
"Sebagai contoh, orang yang narsis cenderung rendah empati, dan empati adalah kunci motivasi dari tindakan kedermawanan seperti mendonasikan uang atau waktu untuk organisasi," katanya.
 
"Secara umum, narsisme adalah problem bagi individu dan masyarakat. Mereka yang berpikir sudah hebat tidak mencoba untuk mengembangkan dirinya," timpal Bushman. Dan narsisme buruk bagi masyarakat karena orang yang hanya berpikir tentang dirinya dan kepentingannya, sedikit menolong orang," jelas dia.(science daily)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIT)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan