Salah satunya di Provinsi Bengkulu, salah satu daerah di Pulau Sumatera. Kali ini, Yovie Widianto mengunjungi dan melihat bagaimana kekayaan budaya masyarakat Bengkulu.
Pertama, Yovie melihat bagaimana keunikan batik daerah yang terkenal sebagai habitat Bunga Raflesia tersebut. Ternyata, batik yang dikenal dengan nama Kain Basurek memiliki keunikan tersendiri dalam hal motifnya.
Salah satu pengrajin Batik Kain Basurek, Doni, menjelaskan, asal usul nama Kain Basurek diambil dari motifnya yang didominasi Kaligrafi atau huruf Arab gundul. Meski begitu, huruf Arab yang digunakan tidak mengandung makna atau arti khusus.
"Kenapa namanya batik? Karena proses membuatnya hampir sama dengan pembuatan batik pada umumnya di Jawa, cuma bedanya di motif saja," kata Doni kepada Yovi, dalam program Idenesia dengan tema Cerita dari Bengkulu.
Puas melihat keindahan batik asli Bengkulu, Yovi pun mengunjungi Sanggar Anggrek Bulan. Sembari melepas penat, Yovie menikmati alunan Musik Dhol yang didominasi bunyi gendang.
Pengelola Sanggar Anggrek Melati Devi Trisno menyatakan, keunikan Musik Dhol terletak pada gendangnya yang berukuran besar. Gendang tersebut terbuat dari bonggol pohon kelapa.
"Gendangnya terbuat dari bonggol kelapa yang sudah tua, digali, dan diambil, kemudian dilubangi tengahnya, dan dikeringkan. Atasnya ditutup dengan kulit kambing atau sapi yang diikat menggunakan rotan," jelas Devi Trisno.
Devi menjelaskan, Musik Dhol biasanya digunakan untuk mengiringi Tari Tabot dalam Festival Tabot. Festival tersebut digelar untuk menggambarkan kepahlawanan dan memeringati kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib, di Padang Kartabala.
Selain Musik Dhol dan Tari Tabot, Yovie juga menyaksikan kesenian khas Bengkulu yang hampir punah, Barong Landong. Kesenian tersebut hampir sama dengan kesenian Ondel-Ondel.
Bedanya, Barong Landong menggunakan atribut pengantin yang dilengkapi sunting atau mahkota dan disertai dua ekor patung burung sawah berwarna putih. Tinggi Barong Landong mencapai 280 centimeter.
Mengunjungi suatu daerah, tak afdol rasanya jika tak mencicipi makanan khas. Di Bengkulu, Yovie merasakan nikmatnya Pendap, Bagar Hiu, dan berbagai jenis gulai lain.
Di penghujung perjalanan, yovie menyempatkan berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Presiden pertama Indonesia itu diasingkan dirumah tersebut selama empat tahun (1938-1942).
Rumah yang disewa pemerintah Belanda kepada pedagang Tionghoa itu menyimpan berbagai benda yang sempat digunakan Bung Karno selama menjalani pengasingan di Bengkulu. Di sana, terdapat berbagai koleksi buku koleksi Bung Karno yang mayoritas berbahasa Belanda.
Jangan lewatkan IDEnesia episode "Cerita dari Bengkulu" pada Kamis (12/5/2016), pukul 22.30 WIB, di Metro TV.
Ikuti pula kuis dari IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya. Ada bingkisan menarik bagi pemenangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News