Gender juga membagi peran antara laki-laki dan perempuan sehingga masyarakat memberi label peran dan tindakan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Peran ini terbentuk sudah sejak lama dan juga merupakan konstruksi yang dibentuk oleh sejarah.
“Gender diangkat karena menyangkut masalah identitas, ini juga merupakan keragaman identitas yang harus dimunculkan,” ujar Anwar ‘Jimpe’ Rachman, kurator muda Jakarta Biennale 2015, saat ditemui di Gudang Sarinah, Jakarta.
Isu gender juga penting diangkat karena dalam hidup bermasyarakat tidak hanya didominasi oleh satu kelompok saja. “Ketika kita mau bicara tentang masyarakat, bagaimana masyarakat hidup bersama. Kita tidak hanya bisa melihat dari satu sudut pandang saja. Kita tidak bisa mendengar dari setengah kelompok orang tapi juga harus mau mendengar kelompok lainnya,” tutur Irma Chantily, kurator muda Jakarta Biennale 2015.
Dalam Jakarta Biennale 2015 kali ini gender menjadi salah satu topik penting yang diangkat dan diaplikasikan ke dalam karya-karya seni yang dihadirkan.
Beberapa isu gender yang diangkat dalam karya seni ini adalah kesetaraan gender, peran perempuan dalam masyarakat maupun rumah tangga, buruh perempuan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), juga LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexsual, Transgender and Queer).
Jakarta Biennale 2015 mengangkat tema Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang! Pameran ke-16 ini berlangsung pada 15 November 2015 hingga 17 Januari 2016, di Gudang Sarinah, Jalan Pancoran Timur II No. 4, Jakarta Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News