Sang produser, Ira Surono dalam konferensi pers yang berlangsung Rabu (6/4/2016) mengungkap sisi menarik pertunjukan ini.
Dia berpendapat, lakon ini memiliki proses kreatif yang kekinian. Namun, tidak meninggalkan identitas wayang itu sendiri.
"Kami diskusikan bersama semuanya, dari segi plot, iringan musik, busana hingga mendapatkan wujud wayang yang seperti ini," jelas Ira.
Pertunjukkan ini digelar sebagai pentas tahunan, sekaligus menyambut 12 tahun penghargaan yang diberikan UNESCO terhadap wayang Indonesia sejak 2003.
Seperti diketahui, wayang dikukuhkan UNESCO sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
"Tahun lalu, Wayang Kautaman sukses mementaskan lakon Yudhakala Tresna. Untuk tahun ini kami memilih judul Sotya Gandhewa dari kisah Mahabarata," tambah Ira.
Sotya Gandhewa mengangkat kisah Durna, Arjuna, dan Ekalaya yang merupakan tokoh Maha Guru dan Ksatria-ksatria hebat dari cerita Mahabarata.
"Dari sisi cerita, Sotya artinya mata atau bisa diartikan permata, sedangkan Gandhewa artinya busur. Kita akan bicara soal busur panah. Soal ksatria-ksatria yang mengandalkan busur panah. Ada Durna, Ekalaya, Arjuna. Mengenai bagaimana kisah lengkapnya, nanti nonton tanggal 9 dan 10 April," kata Sutradara Wayang Kautaman, Nanang HP.
Kekayaan Budaya Wayang
Ketua Umum Organisasi Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Pusat Kondang Sutrisno sangat mengapresiasi inisiatif Wayang Kautaman dalam melestarikan seni tradisi, khususnya wayang orang.
Didukung generasi muda, mulai dari sutradara, produser, dan pemain, dia berharap pertunjukan ini semakin memperkaya budaya wayang di Indonesia.
"Produsernya masih muda, sutradaranya juga masih muda, seniman-senimannya punya karakter yang kuat. Ini sesuai moto Pepadi, yakni melestarikan dan mengenalkan wayang kepada generasi muda," katanya.
Senada dengan Kondang, Ketua Umum Senawangi Suparmin menyambut positif upaya Wayang Kautaman dalam memperkaya, dan menampilkan format baru sebuah pertunjukan wayang orang, tanpa meninggalkan tradisi wayang klasik dan orisinalitas cerita.
"Semoga karya Wayang Kautaman ini dapat memperkaya inventarisasi pewayangan di Indonesia. Mudah-mudahan saja penampilannya nanti lebih sukses lagi dari yang sebelumnya," harap Suparmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News