"Yang paling terasa hilang sebenarnya sapaan dalam hubungan keluarga," ungkap pengamat kebudayaan Tionghoa, Jeremy Huang, kepada Metrotvnews.com.
Di film-film Tiongkok, dapat kita saksikan betapa mereka punya sapaan yang sangat detail untuk setiap anggota keluarganya. Mulai dari keluarga inti, hingga sepupu dekat, sepupu jauh dan seterusnya.
Demikian juga etnis Tionghoa di Indonesia. Sapaan ie, jie ie dan sa ie adalah sapaan khusus untuk saudara perempuan yang lebih tua dari garis ibu. "Engku untuk saudara laki-laki dari pihak ibu," papar Jeremy.
Sedangkan sapaan untuk saudara tua dari garis ayah ape, empe atau apak. Lain lagi untuk istilah encek, hal itu ditempelkan sebagai panggilan untuk saudara kecil sang ayah.
Tak bisa dipungkiri kebudayaan Tionghoa juga mengalami degradasi dari generasi ke generasi. Selain sebagai dampak pengekangan era Orde Baru, juga enggannya generasi muda Tionghoa untuk terus mempraktekkan tradisi yang ada.
"Selain soal sapaan, hal yang cukup langka sekarang adalah tradisi Sedjekui, yakni berlutut di hadapan orang tua sambil melipat dan mengepalkan tangan sebagai tanda penghormatan," kata dia.
Generasi muda Tionghoa sudah mulai enggan untuk mahir berbahasa dan menulis mandarin. Padahal bahasa mandarin punya banyak varian yang berbeda satu sama lain.
Mereka cenderung beralih untuk berkomunikasi dengan bahasa asing yang lebih populer, seperti Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News