Upacara adat yang diwarisi secara turun temurun selama ratusan tahun tersebut masih terus dijalankan oleh para tokoh adat setempat.
Uniknya, dalam acara tersebut semua sesaji dan perjamuan tidak diperkenankan menggunakan bahan baku beras dan daging. Semua bahan terbuat dari jagung, seperti nasi jagung (jagung yang ditumbuk halus) beserta lauk pauk berupa umbi-umbian.
Selama upacara berlangsung, warga Jalawastu maupun warga lain yang ikut ritual perayaan Ngasa tidak boleh makan nasi dan daging. Semua makanan yang boleh dimakan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan nasi dari jagung.

Suasana upacara adat Ngasa (Foto:Metrotvnews.com/Kuntoro)
Penyuguhannya juga tidak boleh menggunakan bahan kaca seperti piring maupun gelas. Sebab semuanya diharamkan di tanah Jalawastu tersebut. Alat makan yang boleh dipakai adalah piring berbahan seng, daun, dan alat makan berbahan plastik.
Salah satu tokoh adat, Dastam, menjelaskan bahwa sebutan Ngasa berarti "mangsa kasanga" (kesembilan) dalam hitungan kalender Jawa. Adat upacara Ngasa dilakukan sebagai bentuk sedekah gunung kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan di lokasi pelataran dukuh yang oleh masyarakat setempat disebut Pesarean Gedong ini juga merupakan bentuk permohonan doa keselamatan bagi warga Jalawastu dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Hal tersebut tersirat melalui doa yang dikumandangkan dalam bahasa Sunda oleh sang juru kunci sepanjang acara berlangsung.

Suasana upacara adat Ngasa (Foto:Metrotvnews.com/Kuntoro)
Ditilik dari sisi sejarah, Ngasa berasal dari sejarah peteng (cerita tanpa ditulis) dan padang (cerita yang tertulis). Ini merupakan tradisi turun menurun nenek moyang yang diperkirakan terjadi sejak masa Bupati Brebes ke-9 Raden Arya Candra Negara.
"Namun demikian untuk data pastinya, masih perlu penggalian yang cermat. Ngasa, berarti pula perwujudan syukur kepada Batara Windu Buana yang merupakan Pencipta Alam. Batara mempunyai utusan yang disebut Burian Panutus," papar Dastam.
Burian selama hidup tidak pernah menanak nasi, hanya makan jagung, serta umbian talas dan umbi lain. Selain pula tidak memakan yang bernyawa. "Semua itu merupakan penghambaan kepada Batara," kata Dastam.
Keunikan warga Jalawastu lainnya adalah rumah mereka tidak boleh beratap genting dan berlantai keramik.
"Pamali (pantangan) kalau rumah memakai bahan bangungan itu. Selain itu juga tidak boleh menanam bawang merah, kedelai, serta memelihara kerbau, domba, dan angsa. Kalau melanggar, akan ada bencana yang menimpa," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id