Pemerhati kebudayaan Tionghoa Jeremy Huang mengatakan tradisi Cap Go Meh memang berakar dari kebudayaan Tiongkok. Hanya di setiap negara memiliki kebiasaan dan tradisi perayaan yang berbeda. Khusus di Indonesia, perayaan Cap Go Meh diwarnai dengan karnaval patung Toa Pek Kong dengan rute melalui beberapa sudut kota.
"Toa Pek Kong merupakan salah satu sosok penolong yang legendaris di Tiongkok. Kemudian ia dipuja oleh para pelaut dan dikenal sebagai dewa air," kata Jeremy.

Perayaan Cap Go Meh dengan arak-arakkan Toa Pek Kong konon tidak selamanya mulus. Pada kurun tahun 1942 sampai 1945, perhelatan khusus warga keturunan Tionghoa ini diharamkan Jepang.
Kondisi serupa berulang pada 1967 hingga 1999, tak ada perayaan Cap Go Meh dengan mengarak Toa Pek Kong. "Baru setelah era Gus Dur (Presiden Abdurrahman Wahid), Toa Pek Kong boleh digelar lagi," sambungnya.
Karnaval Toa Pek Kong dalam perayaan Cap Go Meh bisa dijumpai di Cirebon, Tegal, Bekasi, Bandung, Semarang, Singkawang dan beberapa daerah lain. Kekhasan lain perayaan Cap Go Meh di Indonesia, bisa ditilik dari menu makanan yang disajikan oleh keluarga keturunan Tionghoa.
"Di malam perayaan selalu ada Lontong Cap Go Meh. Isinya ya lontong, kari ayam, sayur wuluh dan emping melinjo," kata Jeremy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News