Afgan (Foto: dok. Trinity Optima Production)
Afgan (Foto: dok. Trinity Optima Production)

Wawancara Eksklusif Afgan, Bicara Semua tentang Album +62

Agustinus Shindu Alpito • 08 September 2022 16:29
Afgan baru saja merilis EP (Extended Play) atau album mini berjudul +62. Album ini menjadi katarsis Afgan setelah melalui banyak peristiwa dalam hidupnya, terkait perasaan, hubungan, dan kecintaannya pada musik pop Indonesia.
 
"Gue kangen merilis lagu berbahasa Indonesia dengan nuansa pop Indonesia. Gue belakangan fokus merilis lagu bahasa Inggris, genre-nya pun R&B. Gue mau menunjukkan bahwa gue enggak mau lupa dengan akar gue, yang membuka jalan gue di industri, yaitu pop Indonesia," ungkap Afgan dalam sesi wawancara dengan media, pada Rabu, 8 September 2022.
 
Album +62 berisi tiga lagu, yaitu "Pendam," "Lestari Merdu," dan "Pulih." Lagu pertama dan terakhir ditulis sendiri oleh Afgan dengan bantuan tim produser SEEK yang terdiri dari Marco Steffiano, Kitut Sinjingo, Joshua Kunze, Adrian Rahmat Purwantu, dan Jessilardus Mate. Untuk lagu "Lestari Merdu," Afgan bekerja sama dengan trio penulis lagu Lale, Ilman, dan Nino. Keterlibatan Lale, Ilman, dan Nino, karena Afgan menginginkan sebuah lagu yang kentan nuansa Indonesia, dan memiliki karakter perkusi yang kuat.
 
Belakangan, Lale, Ilman, dan, Nino, memang jadi hit maker lagu-lagu berbahasa Indonesia. Mereka dianggap sukses menggaungkan kembali corak musik "Indonesiana" era 1970-an akhir hingga dekade 1980-an. Hal ini pula yang membuat Afgan tertarik. Terlebih secara konsep Afgan memang ingin membuat album yang terinspirasi dari musik Indonesia era 1980-an.

"Di EP ini, influence gue yang engga pernah gue tampilkan di album sebelumnya, seperti Guruh Soekarno Putra, Chrisye, terutama 'Lestari Merdu,' 'Untukmu Indonesiaku' salah satu album terbaik (dan menjadi referensi), terus kasih referensi lagu 'Serasa' Chrisye ke Laleilmanino. Copacabana dari Barry Manilow," jelas Afgan.
 
Lale, Ilman, Nino, lantas menerjemahkan referensi dan keinginan Afgan menjadi lagu "Lestari Merdu." Sebagai bentuk penghromatan, Afgan menghadirkan Guruh Soekarno Putra sebagai cameo dalam video musik "Lestari Merdu." 
 

 

Bicara Perasaan


Meski hanya terdiri dari tiga lagu, album mini +62 adalah cermin perasaan Afgan dalam beberapa waktu terakhir, tentang pelepasan terhadap sesuatu yang bukan takdir kita.
 
"Lagu 'Pendam' dan 'Pulih' based on personal experiences. Cukup jujur dalam penulisan lagu, apalagi lagu 'Pulih.' Lagu tentang proses kita pulih dari trauma di masa lalu. Menjadi utuh lagi, meninggalkan trauma-trauma masa lalu," kata Afgan.
 
Sedangkan lagu "Pendam," Afgan bercerita tentang takdir dalam hubungan. Memaksakan sesuatu yang memang bukan jodohnya adalah hal yang sia-sia, dan melepaskannya pun menjadi jalan terbaik.
 
"'Pendam' lagu tentang (pengalam yang) very common, ketika hubungan yang lama sudah tidak bisa lagi, Dipaksakan bagaimanapun tidak bisa, If it's not meant to be, it's not meant to be. Lebih bijaksana menyikapinya."
 
Afgan juga menceritakan bahwa lagu "Pendam," dan "Pulih" lahir lantaran dirinya dalam posisi mengalami keresahan akibat di rumah terlalu lama saat masa pandemi.
 
"Tahun 2021, aku rilis lagu berbahasa Inggris yang sudah dikerjakan sejak tahun 2019. Tahun 2019-2021 aku enggak ada outlet untuk mengerjakans sesuatu, sampai aku akhirnya merasa resah. Akhirnya semua keresahan itu aku tumpahin ke 'Pendam' dan 'Pulih.'" 
 
Bicara perasaan dalam album +62 semakin lengkap dengan "Lestari Merdu." Meski lagu ini bukan Afgan yang menulis, tetapi tema besar cinta masih terkandung di dalamnya.
 
"'Lestari Merdu lagu ngegombalin cewek aja. Merayu, makanya ada gestu-gestur merayu dalam video musiknya, merayu. itu represent dari liriknya."
 
Afgan sendiri juga menjelaskan bahwa album +62 berisi tiga lagu adalah bukti dirinya menjaga kualitas dari karya-karya yang dirilisnya. Dia tidak ingin gegabah memenuhi album dengan karya-karya yang menurutnya tidak sesuai dengan dirinya.
 
"Kenapa cuma tiga lagu karena aku cuma merilis yang aku confident dan pede. yang lain sisanya enggak memenuhi itu semua."
 

Proyeksi Karier Afgan


Kehadiran album +62 membuktikan bahwa Afgan tidak meninggalkan pop ballad berbahasa Indonesia yang membesarkannya. Tetapi, Afgan juga tak menghentikan perjalanannya dalam proyek global yang telah dikerjakannya dengan melibatkan produser musik dunia. Saat ini, Afgan memiliki dua label yang menaunginya. Di Indonesia, Afgan bergabung bersama Trinity Optima Production, sedangkan untuk kariernya secara global dia berada di bawah Empire, label asal California, Amerika Serikat.
 
Afgan mengatakan keputusan-keputusannya dalam berkarya adalah bagian dari evolusi pribadinya sebagai seorang musisi. Sehingga, dia menilai semua karya musiknya adalah potret utuh dirinya. 
 
"Gue penginnya gue bisa eklektik. Enggak pengin hanya stick di satu, gue pengin evolve terus. Seperti gue dulu dan sekarang jauh bedanya. Gue pengin jadi solois yang berevolusi, mengeksplorasi diri."
 
Setelah melepas album +62, Afgan pun langsung tancap gas menuju proyek-proyek musik selanjutnya yang mungkin akan melibatkan kolaborasi lintas negara.
 
"Planning-nya, EP ini sebagai comeback gue ke pop Indonesia. Tahun depan mau fokus sama label gue di Amerika Serikat, Empire. Mungkin album bahasa Inggris, hopefully bisa kolaborasi sama musisi K-pop dan Amerika Serikat," tutup Afgan.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan