Sebanyak 3.000 peserta berpindah dari satu titik ke titik lain untuk merasakan keseluruhan pengalaman festival yang tersebar di Lapangan Benteng, Jalan Ahmad Yani, District 10, dan Simpul Kota. Sejak pagi hingga malam, seluruh lokasi seakan berdenyut oleh kreativitas anak Medan.
Konsep festival berpindah lokasi ini terbukti menjadi daya tarik utama. Penonton menikmati beragam program tanpa harus menetap di satu area, sehingga setiap sudut kota berubah menjadi ruang perayaan budaya pop dan seni urban.
Lapangan Benteng dan Jalan Ahmad Yani menjadi episentrum keramaian berkat penampilan White Shoes & The Couples Company, The SIGIT, eleventwelfth, dan Grrrl Gang. Setiap musisi menghadirkan warna berbeda dan membuat penonton tidak ingin melewatkan satu pun pergantian panggung.
Sesi The Stage di Lapangan Benteng menciptakan salah satu momen paling berkesan ketika eleventwelfth menyampaikan apresiasi mereka terhadap format Soundrenaline tahun ini.
“Soundrenaline berhasil membawa suatu konsep yang di Indonesia belum familiar. Ada panggung yang gede banget, ada yang gigs lebih intimate. Ada talkshow. Seru kita lihatnya. Lebih seru konsep yang kayak gini sih. Lebih ngerangkul dan ngelibatin banyak pihak. Jadi orang gak cuman nonton band doank, tapi juga ada aktivasi seru lainnya,” ujar eleventwelfth.
Keberadaan kolektif lokal seperti Suara Ujung Sumatera, Demajors Medan, RAWLABS, Medan Art Familia, DOMAYN061, dan Woodlandskate semakin mempertegas bahwa Medan memiliki komunitas kreatif yang kuat, tidak hanya sebagai penikmat tetapi juga pelaku seni.
Tidak hanya musik yang menjadi sorotan. District 10 dan Simpul Kota membuka ruang dialog dan pengetahuan kreatif. Di Simpul Kota, Basboi dan Rio dari White Shoes & The Couples Company berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka mengolah musik dan seni visual dalam karya mereka. Kehadiran seniman visual Medan Onggooo menambah perspektif baru dalam pembahasan lintas disiplin.
District 10 menghadirkan The Lab yang dipadati peserta yang ingin mendalami proses kreatif musisi nasional. Rekti Yuwono dari The SIGIT membahas perjalanan pencarian identitas musikal.
“Sound atau suara itu memang alat utama bagi siapapun yang ingin bermusik, baik untuk manggung atau rekaman. Suara menjadi penguat dalam karyanya. Pencarian identitas bermusik enggak akan habis sampai tua. Sampai nanti udah kakek-kakek sekalipun. Dunia terus berubah, dan orang selama masih hidup akan beradaptasi dengan perubahan itu,” tutur Rekti.
Keseruan sesi berbagi pengetahuan di District 10 turut ditemani komika Medan seperti Maulana, Riski, dan Reza Kahar, dipandu Cacink yang menjaga tawa mengalir selama acara.
Baca Juga :
Pamungkas Tak Sabar Tampil di Soundrenaline 2025
Menjelang penutupan, visual mapping karya Yuri menyatu dengan bangunan dan panggung Lapangan Benteng, memuncak dalam penampilan NTZ, Dangerdope, Babaloo, dan Drs. Groove. Penonton bersorak hingga akhir.
“Acara ini seru sih. Ya seneng juga lah bisa main di Soundrenaline. Konser nasional ibaratnya yang seluruh Indonesia tau. Soundrenaline memberikan kesempatan memperlebar koneksi bagi musisi-musisi lokal,” ujar NTZ.
Menuju Jakarta Sebagai Puncak Perayaan
Suksesnya festival di Medan menjadi bagian dari rangkaian Soundrenaline 2025 yang akan berlangsung di lima kota besar. Setelah Medan, acara akan bertolak ke Bandung pada 29 November, Palembang pada 6 Desember, dan kemudian berpuncak di Jakarta dari 18 sampai 21 Desember. Total ratusan musisi dijadwalkan tampil dan lebih dari 30.000 penonton diperkirakan akan bergabung sepanjang rangkaian.
Soundrenaline Sana Sini Jakarta akan menjadi babak pamungkas dengan deretan nama besar seperti Peter Bjorn & John, Isyana Sarasvati x Kasimyn, Pamungkas, Barasuara, The Panturas, White Shoes & The Couples Company, Bilal Indrajaya & The Gentlemen, Grrrl Gang, The Adams, dan banyak musisi lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
