Soundrenaline Makassar (Foto: instagram)
Soundrenaline Makassar (Foto: instagram)

Keseruan Soundrenaline Makassar: Diskusi Musik hingga Jason Ranti Lelang Kaset Langka

Elang Riki Yanuar • 20 November 2025 17:00
Jakarta: Akhir pekan lalu, suasana Kota Makassar berubah menjadi panggung besar bagi kreativitas ketika Soundrenaline hadir serentak di empat titik. Riuh Records, The Backyard, Dupli Dining & Lounge, dan Lapangan Parkir Phinisi Point Mall menjadi pusat energi baru yang menarik ribuan pengunjung.
 
Sebanyak 3.500 penonton datang untuk menikmati percampuran musik, film, seni visual, dan pasar kreatif yang menggambarkan keragaman ekspresi dari kawasan Timur Indonesia.
 
Konsep multilokasi memberi pengalaman unik bagi para pengunjung. Mereka bebas berpindah dari satu venue ke venue lain untuk merasakan suasana berbeda, mulai dari gig intim hingga panggung luar ruangan dengan tata lampu yang megah. Setiap lokasi menawarkan karakter dan warna yang memperkaya perjalanan festival.

Program dimulai di The Lab dan The Space di Riuh Records yang menghadirkan suasana eksperimental. Sesi Screening dan Storytelling menawarkan perbincangan hangat bersama dua kreator visual Sulawesi Selatan, Wahyu Al Mardhani dan Aco Tenri. Lewat karya dan pengalaman mereka, terlihat bagaimana kedekatan dengan tanah kelahiran mempengaruhi cara mereka membangun narasi visual.
Riuh Records kemudian berubah menjadi ruangan penuh energi saat OG Avamato tampil. Antusiasme meningkat ketika Murphy Radio hadir dengan set penuh dinamika yang berujung pada kolaborasi perdana bersama Beijing Connection. Kolaborasi ini langsung menjadi momen paling berkesan di lokasi tersebut dan dirayakan dengan peluncuran merchandise khusus hasil kerja sama mereka.
 
Diskusi Cross Panel Talks bertema From Homeground to Headlines mempertemukan kreator lintas disiplin seperti ilustrator Firman Hatibu, sutradara Aco Tenri, musisi Pandu Fuzztoni, dan Delpi dari Dongker. Mereka berbagi pengalaman tentang perjalanan panjang dari berkarya di kota sendiri hingga mendapat perhatian publik yang lebih luas.
 
Di lokasi yang sama, para pengunjung juga dapat mengikuti lokakarya handcrafting dan recycling bersama Berdaur.id dan Hora Caft. Pameran fotografi karya Ifan Adhitya menjadi salah satu titik favorit karena menampilkan dokumentasi perjalanan musisi Makassar dari panggung kecil hingga panggung besar.
 
Sementara itu, Dupli Dining & Lounge menjadi ruang bagi RELOKA, White Chorus, dan Beijing Connection untuk menyajikan musik yang lebih kontemporer. Pengunjung juga diajak membuat zine mereka sendiri bersama ZineMo!, sebuah komunitas yang turut mendukung pertumbuhan ekosistem literasi dan seni independen di Makassar.
 
The Backyard menghadirkan suasana yang lebih santai dan dekat dengan komunitas. Synthies membuka penampilan sore menjelang malam, disusul Jason Ranti yang membuat suasana semakin hangat dengan ajakan duduk bersama di atas rumput. Usai tampil, ia memimpin lelang kaset langka bersama Kasetteria dan Licasette yang langsung menarik perhatian penggemar koleksi musik fisik.
 
Diskusi lain di The Lab yang mengangkat tema Idealisme dan Pertemanan Dalam Bermusik menjadi wadah perenungan tentang hubungan personal yang sering menjadi motor kreativitas. Jimi Multhazam, Ayub Simanjuntak, Dhana dari Treeshome, dan Ale dari Kapal Udara berbagi pandangan tentang dinamika berkarya dalam lingkup musik independen.
 
"Melalui program yang menyatukan musik, film, seni, diskusi, dan kreativitas komunitas, Soundrenaline “Sana Sini di Makassar” kembali menegaskan bahwa Makassar adalah rumah bagi gerakan kreatif yang terus tumbuh. Festival ini bukan hanya perayaan seni, tetapi juga cerminan semangat kota yang semakin hidup, berwarna, dan penuh kolaborasi," kata penyelenggara.
 
Puncak acara berlangsung di Lapangan Parkir Phinisi Point Mall yang berubah menjadi arena selebrasi besar. Ribuan pengunjung memenuhi area ini untuk menyaksikan penampilan musisi lintas genre seperti DANZAS, Gilas, Covenant, Treeshome, Jason Ranti bersama Dongker, FSTVLST, MORFEM, The Lantis, serta deretan DJ seperti Meyga, Irvi, dan Jimbo.
FSTVLST tampil dengan emosi yang kuat dan berhasil memikat penonton. MORFEM kemudian meneruskan energi itu dengan deretan lagu rock alternatif yang membuat penonton bernyanyi sepanjang set. Kehadiran Lokatune yang membawa karya dari komunitas kreatif Manado, Makassar, Samarinda, dan kota lain di Timur Indonesia semakin memperkuat semangat konektivitas festival tahun ini.
 
Setiap venue dipenuhi pop up komunitas lokal, instalasi visual, dan aktivitas kolaboratif. Cuaca cerah dan koordinasi lapangan yang rapi membuat pengunjung merasa nyaman untuk ikut larut hingga rangkaian acara berakhir.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan