Menjelang Maghrib, saya puaskan untuk mengenal pribadi pria yang kini sudah menginjak 50 tahun. Kala itu, Irvan baru punya hajat perilisan ulang tiga album Rotor di sejumlah platform digital di kantor Warner Music Indonesia, di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Sesekali dia berbincang dengan kawan lamanya, Arif Budiman yang datang hari itu mengenang di masa muda.
"Teman yang rumah dekat sini siapa ya?" tanya Arif.
"Sudah pada meninggal," kata Irvan.
Irvan saat ini merupakan anggota satu-satunya yang tersisa di band Rotor. Pada masa mudanya, Irvan telah menyumbangkan banyak kontribusi bagi perkembangan musik cadas di Indonesia.
Rotor pernah menjadi band pembuka konser Metallica di Lebak Bulus pada 1993. Mereka adalah pionir band underground yang masuk ke dapur rekaman. Irvan Sembiring juga merupakan orang di balik produksi album kompilasi metal legendaris Metalik Klinik di tahun 1997.
Selain merilis ulang tiga album Eleven Keys (1995), New Blood (1996, dan Menang (1997) ke dalam format digital, Rotor juga membuat video klip lagu Diplomasi Gila dan sejumlah suvenir. Keputusan Irvan bersedia merilis ulang lagu-lagu Rotor tak lepas dari maraknya pembajakan terhadap lagu-lagu miliknya terdahulu.

Irvan dan Arief (Foto: Afif)
Meski tak aktif lagi memegang gitar, Irvan mengaku masih mengikuti perkembangan musik cadas Indonesia. Tentu saja porsinya tidak sebesar dulu. Tapi yang jelas, kegilaan Irvan pada band-band metal legendaris dunia seperti Slayer tak luntur.
Pada sesi wawancara sore itu, Irvan banyak bercerita tentang idealismenya menjadi musisi. Ia menyebut banyak tentang agama, juga musik. Dia juga menanggapi perdebatan tentang pengharaman musik oleh sejumlah kalangan, termasuk para mantan musisi yang kemudian mendalami agama.
Sebagai pendakwah, Irvan kerap menyelipkan kata-kata mutiara menyejukkan, tapi tidak ketinggalan dengan banyolan yang sering kali mengundang tawa kami sore itu.
Kenapa Rotor merilis ulang album di platform digital?
Dulu pada nanya beli CD Rotor di mana dan memang kami enggak pernah rilis apapun sebelumnya selain kaset waktu itu. Sampai akhirnya ada yang posting itu (CD) di media sosial. Kita nanya, "Itu dapat dari mana?". Mereka bilang itu bajakan, keluarin dong yang aslinya. Terus setelah konsultasi sama beberapa ustadz gimana dong. Kalau enggak bikin, mereka yang mendengarkan dan menyebarluaskan itu namanya mencuri. Kan urusannya surga. Soalnya banyak pembajakan karena kita enggak rilis CD itu. Jadi (perilisan ulang dalam format digital ini) untuk mengurangi pencurian itu sendiri.
Terus Pak Handi menawarkan, 'Bang lo mau bikin digital enggak, terus bikin klipnya satu biar orang lain enggak ngebajak. Dan oke, tapi album pertama itu Behind the 8th ball itu bukan Warner kan. Dulu semua master ada di Musica semenjak Warner pindah. Jadi pada hilang-hilangan tuh, cuma ada satu, album Menang. Jadi sisanya itu dari kaset masternya.
Apakah ini menjadi penanda kembalinya Rotor?
Ketika banyak yang bilang Rotor merilis ulang album lagi di digital, terus video klip juga ada banyak tuh yang menelepon panitia. Lo semua enggak akan bisa membangkitkan personel Rotor keluar dari kubur, kecuali lo panggil Slayer. Kalau pembukanya Slayer gue main. Dulu kan (jadi band) pembukanya Metallica, masa sekarang band baru. Anthrax, Megadeth oke, tapi enggak ngeri. Cuma Slayer underground dan ngeri.
Ada alasan memilih lagu Diplomasi Gila dibuatkan video klipnya?
Diplomasi Gila dipilih sama Pak Toto (Bos Warner Music Indonesia) karena melihat kondisi yang pas nih sama sekarang. Padahal liriknya itu enggak ada hubungannya sama politik sama sekali.
Perilisan ulang album biasanya diikuti singel baru, Rotor ada lagu baru yang akan dirilis?
Sebenarnya ada di rumah, sudah selesai rekaman tinggal mixing saja. Itu isinya 10 surat terakhir Alquran, yang enggak diubah sama sekali (liriknya), tapi cuma diterjemahkan saja ke versi bahasa Inggris. Album itu dibikin untuk orang barat yang pobia sama Islam sebelum tahu Islam.
Kenapa begitu (pendekatan bahasa)? Karena setelah dinyanyikan dan mereka suka dengan lagu tersebut, kemudian akan mencari tahu liriknya (secara jelas). Nah ketika dia sudah suka sama lirik dari versi bahasa Inggris itu, dia akan terus mencari tentang lagu tersebut. Gue bisa bilang gitu karena dulunya gue fans band juga.
Album Behind the 8th Ball itukan notabenenya punya Airo (label musik), tapi gue bilang ke Pak Toto rilis saja sekalian biar gue yang tanggung. Soalnya kalau minta sama label kita bakal dikasih sama dia. Tidak mungkin ditahan-tahan sama dia. Tapi ya itu sampai sekarang susah buat ketemu.
Lagu baru yang sudah dibuat itu berisi apa saja sih?
Ada yang judul Bloodclot, artinya segumpal darah. Itu dari salah satu surat Alquran. Sebenarnya itu baru selesai delapan. Salah satunya ada juga lagu yang diisi pakai dengan gaya rap, hip hop. Tapi karena executive produsernya meninggal jadi enggak diterusin. Kalaupun mau dilanjut, itu harus ada yang mengisi drum, karena kemarin yang mengisi alat bukan orang.
Dulu sempat bilang kalau bikin lagu itu terinspirasi oleh setan, apa benar?
Wah iya jelas, mana ada malaikat yang main band. Dulu kalau bikin lagu hit, itu berawal dari WC bikinnya. Kalau bikinnya di masjid mana laku nanti lagunya.
Dulu gue pernah bilang ke EO acara di Kemang, yang main Rotor sama Roxx dan itu posisi malam Kamis. Gue bilang ke EO-nya saja, "Jangankan Rotor sama Roxx, kalau Metallica sendiri yang main pas malam Kamis itu pasti gagal,”. Kenapa gue bilang begitu, pertama itu pasti pada yasinan malam Jumat, kedua pasti auranya (setannya) itu lemah. Jangan pikir itu enggak berpengaruh.
Apa saja sih kesibukan Irvan Sembiring sekarang?
Cuma dakwah saja, karena gitar pun sudah enggak ada sekarang.
Berarti apa rencana terdekat setelah Rotor merilis ulang album?
Kalo gue pribadi, dan karena teman-teman sudah ketemu malaikat maut semua. Itu bakal gue share ke luar negeri. Soalnya kalau gue misalkan fokus ke orang Indonesia itu kayaknya bakal susah deh, pasti bakal nyari yang free download. Karena emang tabiat anak-anak kayak gitu.
Bagaimana dengan hak cipta nama Rotor?
Biarin sajalah gue ikhlas. Gue enggak butuh dipatenin sama manusia, cukup Allah saja yang matenin.
Apa yang membuat Rotor itu punya signature yang sekilas selalu terinspirasi dengan Metallica dan Slayer?
Itu sejak album kedua Eleven keys kita berangkat ke Amerika itu bikin lagu itu. Pas sampai di sana kita langsung ke Billboard, dan nanya, "Ada berapa sih band metal di California?", Mereka bilang itu ada 6.000 dan mereka sudah rekaman semua. Akhirnya gue bertapa dengan cara enggak mendengerkan lagu selama enam bulan. Kalau misalkan gue mendengarkan lagu pasti gue bakal terpengaruh sama apa yang gue dengar. Makanya gue dengan sengaja enggak dengar lagu, walaupun secara enggak sengaja juga pas ke mal atau ke tempat makan itu ada lagunya.
Sebab kalau lo (band) enggak bikin musik yang orisinil jadi enggak ada pembeda, dan itu yang jadi pertimbangan orang luar negeri bakal naikin nama band lo. Karena terlalu banyak influence dan lo enggak beda dari yang banyak itu. Cuma jadi sampah saja Rotor dengan (Album) Behind the 8th Ball kalau waktu itu di Amerika.
Makanya di album kedua itu musiknya berubah banget. Bukan karena sengaja diubah, tapi emang ada perubahan dari cara buatnya juga. Ya dari cara enggak dengar lagu itu selama enam bulan. Dan Eleven Keys sendiri isinya 5 rukun islam dan 6 rukun iman, (disatukan) jadinya sebelasnya lagu dan liriknya tentang itu.

Irvan Sembiring (Foto: Afif)
Bagaimana pandangan Irvan dengan industri musik sekarang?
Kalau dulu panggung punk, metal itu diisi sama beragam musik lain. Jadi seru untuk menampilkan dan deg-degan juga, "Ini lagu gue bakal ada yang suka engga ya?". Kalau sekarang datang ke acara metal, hardcore gitu dari jam sepuluh pagi sampai delapan malam itu dengarnya itu terus, capek jadinya.
Sampai sekarang masih mengikuti perkembangan musik underground? Musik apa yang lagi didengar belakangan?
Alquran. Gue kan musisi, ngapain mendengarkan musik. Tapi mendengarkan juga musik secara enggak sengaja dan penasaran saja.
Misalkan kalau di grup Facebook ada yang lagi tren itu gue lihat. Kayak kemarin itu liat video DeadSquad dengan lagunya yang cepat dan gitarnya ganas tiba-tiba, clean pas rekamannya. Itu kan gimana rekamannya. Habis itu juga Burgerkill baru banget kemarin gue dengar singel barunya dan baru tahu band itu juga, padahal sudah lama berdirinya.
Paling kalau dengar metal-metal old school yang lama itu kayak Slayer, Megadeth. Kalau yang baru sudah enggak dapat, iblisnya kurang gitu. Apalagi yang baru, woaah… Iblis, rajanya iblis Slayer itu. Pokoknya enggak bakal khusnul khotimah Slayer itu.
Apa yang membuat Irvan Sembiring berhenti melakukan kegiatan bermusik?
Sebenarnya bukan menyetop, tapi emang sudah enggak sempat lagi. Karena untuk bikin satu album itu effort-nya tuh sangat tinggi sekali. Ngarang lagu dulu, latihan, aransemen diubah dulu, rekaman, mixing, mastering, ke radio, ke televisi. Belum press conference, promo di mana-mana. Pengin sih buat album lagi, tapi ada risikonya. Untuk buat album gue butuh waktu setahun penuh, sedangkan gue harus ceramah dan jalan-jalan setiap tahunnya sama keluarga.
Kendala yang kedua itu pemain. Susah carinya. Karena pemain musik yang seumuran gue itu rata-rata ngeband untuk cari duit. Kayak Bakar (drumer Rotor) kemarin itu gue minta tolong untuk bantu rekaman itu sulit, dia harus manggung dan lainnya. Dan emang susah nyarinya. Buat ngompakin untuk latihan saja itu sudah sulit banget. Jadi gue memang harus cari yang masih muda, fresh, energinya memang untuk musik, bukan untuk anak istri.
Karena musisi yang seumuran gue itu ngeband untuk ngasih makan anak istri, bukan idealisnya. Kalau sudah untuk kasih makan anak istri itu sudah hilang iblisnya. Enggak ngeri lagi. Pasti dia akan melihat selera pasar. Dan gue enggak bisa yang kayak begitu. Menurut gue musik itu harus seiblis mungkin, cari duit jangan dari musik, dari yang lain. Masalah duit datang dengan sendirinya itu perkara lain, tapi kalau misalkan gue masih bermusik sampai sekarang pun tetap sama. Musik bukan untuk cari duit. Bahkan gue enggak bakal mengikuti selera pasar. Kalau bisa jangan sampai ada yang suka satu benua sama musik gue. Kalau perlu iblis sendiri sampai enggak suka sama lagu gue.
Kenapa enggak buat lagu religi?
Enggak ada istilahnya musik religi. Musik itu iblis.
Kayak kemarin Makki (personel band Ungu) bawain lagu religi terus berdebat sama gue. Dia bilang musik religi itu ada, buktinya waktu dia bawain itu banyak yang nangis dengarnya. Kalau perkara nangis, nonton Titanic juga nangis, jadi apakah nangis itu mewakili? Ukurannya musik itu berhasil membawa kepada agama, ketika dengar musik religi dia tambah rajin ibadah. Tapi kenyataannya kan enggak ada. Musang berbulu domba saja.
Bagiamana menurut anda melihat fenomena mantan musisi yang menghalalkan atau mengharamkan musik?
Kalau lo enggak bisa meninggalkan musik jangan sok menghalal-halalkan musik. Terus terang saja kalau enggak mampu bilang saja, jangan kebanyakan "tapi".
Dulu Handi Santoso itu nawarin bikin lagu religi saja pakai label dia. Dia bilang, "Lihat tuh Opick, dulu anak metal (juga), sekarang sukses sama lagu religinya”. Terus gue bilang, "Pak, kalau saya buat lagu religi itu ada dua perkara, yang pertama laknat setan-setan, karena gue raja setan dulu. Kedua gue bakal diketawain sama malaikat".
Gue bakal main musik lagi, tetap yang ngeri. Kalau misalkan ada yang tanya, 'Kenapa lo main musik lagi?”, Ya ini the dark side of the moon, ya ini bagian gelap dari gue, lo mau apa emang? Ini urusan gue dengan Allah. Manusia enggak ada yang terlepas dari kesalahan kok, yang benar itu cuma nabi-nabi dan rasul. Gue masih bandel kok, siapa bilang gue baik.
Untuk yang ngomongin musik haram. Lo ngerjain yang halal saja belum selesai, enggak usah ngomongin yang haram. Kalau lo ngerjain yang halal, yang haram itu bakal ketinggal dengan sendirinya.
Waktu itu gue pernah ke Potlot (markas Slank) habis Ashar, pas mereka abis rekaman. Terus tiba-tiba Bim-Bim nanya, "Fan, menurut lo musik itu halal atau haram?". Karena waktu itu takut orang itu mutung (tersesat) dengan jawaban gue. Gue bilang gini, "Gini saja, menurut lo meninggalkan salat itu haram enggak? Kalau emang haram, lo sudah salat belum?". Sesimpel itu saja sih menurut gue, jadi enggak usah ngomongin musik dulu lah, itu belakangan. Kalau salat saja belum benar, ngapain ngomongin musik halal atau haram.
Sebenarnya musik itu bukan pokok dari agama, itu cuma ranting-ranting saja. Pokoknya itu lima rukun islam. Nah jadi kerjain dulu saja yang lima itu. Kalau bawa-bawa musik (menjadi pokok) cuma bikin bertengkar saja.
(Mardinal Afif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News