Irama Records menjadi pelopor dalam industri rekaman piringan hitam modern dari shellac ke vinyl yang kala itu mewarnai dunia musik Indonesia. Studio rekaman ini tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya penyanyi dan musisi yang kelak menjadi legenda di Indonesia.
Label dan studio ini didirikan oleh Komodor Muda (Pur) R. Suyoso Karsono atau yang akrab disapa Mas Yos. Meski memiliki latar belakang militer, jiwa musisi Mas Yos nyatanya tumbuh lebih besar dalam dirinya.
Mas Yos memainkan peran kunci dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris berbagai genre musik di Indonesia. Mulai dari Nick Mamahit, Bubi Chen, Jack Lesmana, Bing Slamet, Lodi Item, Jopie Item, Titiek Puspa, hingga Kus Bersaudara sebelum dikenal menjadi Koes Plus.
"Ini orang keren banget. Dia sangat visioner. Tentara tapi jiwa seninya kuat sehingga membuat dia melakukan sesuatu yang beda. Ketika dia buat studio Irama, dari situ lahir musisi legendaris," kata pengamat musik Stanley Tulung dalam acara A Tribute to Mas Yos di Gedung Sapta Pesona, Jakarta.
"Nyanyi dia juga bagus. Dia memang pemikir musik yang hebat. Studio Irama jadi rumah bagi banyak musisi dulu. Zainal Combo pernah rekaman di sana. Jack lesmana, dan lain-lain. Yang rekaman di Irama itu adalah musisi yang sekarang kita tahu jadi legenda," lanjutnya.

Musisi senior Candra Darusman menyebut Mas Yos punya renjana besar terhadap musik. Visi besar Yos menciptakan ekosistem musisi pasca kemerdekaan merupakan tonggak sejarah dalam industri musik Indonesia.
"Musikalitas dia tidak hanya dari seni. Tapi juga dari disiplin militer dia. Sehingga kombinasi itu sangat ideal. Cita-cita beliau bisa menginspirasi anak-anak muda, banyak hal yang bisa kita lakukan asal punya integritas dan visi yang kuat," ucap Candra.
Mas Yos juga dikenal sebagai produser, penyanyi, broadcaster dan pengembang bakat yang merekam para penyanyi dan musisi legendaris di negeri ini. Sebut saja seperti Titiek Puspa, Waldjinah, Marini, Lilis Suryani, Bob Tutupoly, Kris Biantoro, Aida Mustafa, Widyawati (Trio Visca), Dara Puspita, Harvey Malaihollo dan lainnya.
"Sebelum saya ke Jakarta, saya diminta Nien Lesmana pada tahun 1956 suruh nyanyi di studio situ. Tapi saya belum kenal sama Mas Yos. Ketika dikenalin, saya kaget. Bingung panggilnya apa, Pak, Oom eh Mas Yos," kenang Titiek Puspa tertawa yang hadir secara virtual.
| baca juga: Sering Sakit, Titiek Puspa Ternyata Sempat Marah ke Tuhan |
"Mas Yos sosok yang bukan main buat saya. Kan dia jenderal, sudah gitu orangnya ganteng terus parlente. Jadinya kan lihatnya pasti grogi. Ternyata orangnya baik sekali. Saya merasa mendapat tempat yang baik. Itu jadi kenangan saya paling baik. Karena hasil dari rekaman itu masih ada sampai sekarang," tambah Eyang Titiek.
Selain mendirikan Irama, Mas Yos juga membangun label lain J&B dan merintis radio Elshinta. Dengan kiprahnya itu, Mas Yos kerap dijuluki The Singing Commodore atau Si Komodor yang Bernyanyi.
"Peran Mas Yos dalam membangun dan mengembangkan industri ini merupakan fondasi bagi banyak perkembangan yang terjadi dalam industri musik, rekaman dan radio di Indonesia," ujar Elshinta Suyoso, putri dari Mas Yos.
Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf, Syaifullah pun beranggapan bahwa masa depan industri musik dan radio di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana para pelaku industri ini beradaptasi dengan disrupsi teknologi.
"Radio, misalnya, harus menemukan cara untuk tetap relevan di era di mana informasi dan hiburan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Sementara itu, industri musik perlu terus berinovasi dalam hal tata kelola mencakup distribusi, promosi, dan manajemen artis untuk tetap bertahan dan berkembang di era digital," ucap Syaifullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id