Pestapora 2025 (Foto: dok.Medcom)
Pestapora 2025 (Foto: dok.Medcom)

Polemik Pestapora 2025, Pengamat: Jangan Pandang Musisi Hanya sebagai Pengisi Acara!

Basuki Rachmat • 08 September 2025 20:34
Jakarta: Polemik sponsor yang menaungi Pestapora 2025 berujung pada aksi boikot besar-besaran. Sebanyak 41 musisi resmi menarik diri dari festival tersebut, termasuk nama-nama besar seperti Efek Rumah Kaca, Navicula, .Feast, hingga Sukatani.
 
Langkah ini diambil sebagai bentuk sikap tegas menolak keterlibatan PT Freeport Indonesia sebagai salah satu sponsor utama festival. Menurut pengamat musik Aldo Sianturi, fenomena ini menandai pergeseran penting dalam peran musisi di mata publik. Mereka kini tidak lagi sekadar dipandang sebagai pengisi acara, melainkan figur dengan posisi moral yang bisa memengaruhi wacana sosial.
 
"Fenomena ini menunjukkan bahwa musisi tidak hanya dipandang sebagai pengisi acara, melainkan aktor sosial dengan posisi moral," ungkap Aldo kepada Medcom.id saat wawancara virtual pada Senin, 8 September 2025.

Aldo menyebut aksi kolektif tersebut sebagai bentuk "brand misalignment", ketika nilai yang dibawa sponsor tidak lagi sejalan dengan idealisme musisi maupun komunitas kreatif yang terlibat.
 
baca juga: Peluk Vincent & Desta Untuk Kiki Ucup Usai Sejumlah Musisi Mundur Dari Pestapora 2025

 
"Dari perspektif bisnis, ini adalah bentuk 'brand misalignment', ketika nilai yang dibawa sponsor tidak sejalan dengan nilai komunitas kreatif yang terlibat," lanjutnya.

Dua Kubu Musisi: Mundur dan Tetap Tampil

Polemik ini melahirkan dua sikap. Sebagian musisi memilih mundur sepenuhnya dari panggung, sementara sebagian lain tetap tampil namun dengan aksi penampilan yang berbeda.
 
Salah satu contohnya adalah Kunto Aji. Alih-alih ikut mundur, pelantun hit "Rehat" itu memilih tetap hadir di panggung Pestapora. Namun, ia mengajak komunitas Declare Emergency Indonesia bersama Endah dari duo Endah N Rhesa untuk menyisipkan edukasi soal isu lingkungan dan krisis iklim di tengah penampilannya. 
 
Aksi ini menjadi bentuk kritik kreatif yang tetap memberi hiburan, sekaligus pesan moral kepada penggemar yang hadir.
 
Di sisi lain, rapper Yacko dan band rock Morfem yang dimotori oleh Jimi Multhazam memilih tetap tampil di Pestapora, dengan catatan seluruh honor yang diterima mereka dialihkan ke organisasi lingkungan seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
 
Bagi Aldo, baik aksi boikot total maupun tampil dengan mengalihkan fee, sama-sama menunjukkan bahwa musisi kini punya otonomi dan strategi komunikasi sendiri. 
 
"Kedua langkah itu menunjukkan bahwa musisi hari ini punya otonomi dan strategi komunikasi sendiri. Boikot menegaskan sikap moral secara tegas. Donasi fee memberi alternatif narasi: tetap hadir untuk audiens, tapi mengalihkan dampak ekonomi ke isu yang diperjuangkan. Keduanya sahih dan bijak, tergantung bagaimana musisi ingin memposisikan diri di mata publik dan komunitasnya," ungkap Aldo.
 
baca juga: 
 
 

Gigs Alternatif dari Musisi yang Batal Tampil

Pengamat musik yang memiliki rekam jejak di Universal Music Indonesia dan Demajors ini juga menyoroti langkah sejumlah band yang batal tampil dengan menggelar gigs alternatif di Krapela Row 9, Jakarta Selatan.
 
Acara itu dibuka gratis bagi pemegang tiket Pestapora hari kedua dan ketiga, sebagai bentuk solidaritas terhadap penonton yang dirugikan akibat aksi boikot mereka di Pestapora 2025.
 
Aldo menilai langkah tersebut justru memperlihatkan daya tahan komunitas musik (community resilience) di tengah polemik terkait sponsor tersebut.
 
"Langkah musisi menggelar gigs alternatif seperti di Krapela justru menarik: itu bentuk community resilience. Mereka memberi opsi bagi fans, sehingga kepercayaan publik terhadap musisi bisa tetap terjaga, meskipun acara utamanya terganggu," tutup Aldo Sianturi. 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan