Deru double pedal dan raungan distorsi langsung menggerinda udara di ruangan tertutup Econvention, Ecopark Ancol. Vokal Odoy menggema seperti suara monster dalam film-film fantasi. Berat dan serak. Tapi sesekali kalimatnya masih bisa dimengerti.
Puluhan orang di bawah panggung berlari berputar sambil melompat-lompat. Tak jarang saling menabrakkan diri dan jatuh ke lantai. Tapi di bagian lagu lain mereka dengan fasih menyanyikan sebuah frasa sunda, “Susah senang kudu babarengan”. Band yang sedang manggung, XTab, sedang berbicara tentang persaudaraan dengan irama yang brutal yaitu death metal.
XTab (Extreme, Tendencies, Animosity, Brutality) ikut menyumbang kebisingan di Festival Hammersonic 2016 pada 17 April. Mereka main di Soul of Steel Stage, salah satu panggung dari empat panggung yang ada di festival musik metal terbesar di Asia Tenggara itu. Hari sebelumnya panggung itu diinjak Edane, Koil, Noxa, Jasad dan sejumlah band cadas lokal lainnya.

XTab di Hammersonic 2016. (Foto: Fitra Iskandar/MTVN)
Sebagian lagu yang dibuat XTab berbahasa sunda. Elemen-elemen etnik seperti karinding, dan gendang pencak, juga disisipkan di sejumlah intro lagu agar nuansa sunda terasa dalam karya mereka.
Pesan dalam lirik-liriknya cukup sederhana. XTab Jarang menggunakan metafora. Seperti dalam lagu Harta Moal Dibawa Paeh, mereka hanya menyampaikan apa yang biasa terdengar dari mulut-mulut para penganjur kebajikan di majelis-majelis maupun surau.
Harta mah titipan moal dibawa paeh. Harta mah titipan lain jang takabur. (Harta mah titipan tidak dibawa mati, harta mah titipan jangan takabur). Ulah sok takabur bisi engke dicabut umur. Kahirupan moal salilana didunya. Harta moal bisa nepikeun manjangkeun umur. Ati-ati harta nyieun takabur. (Jangan suka takabur, nanti umur dicabut. Kehidupan tidak selamanya di dunia. Harta tidak bisa bikin panjang umur. Hati-hati harta bikin takabur).
XTab banyak mengangkat persoalan-persoalan sederhana di kehidupan sehari-hari. Di sejumlah lagu mereka hanya menebarkan anjuran-anjuran, di lagu lain mereka mengangkat aroma dendam dan kebencian yang dihirup dari kisah orang-orang di sekeliling dan pengalaman batin masing-masing personel band yang kini digawangi Ovik (gitar), Ncenk (bass), Odoy (vokal), Gun (Drum).
****
XTab berawal dari komunitas BMX di Cimahi. Setelah perjalanan band yang dimulai dari keisengan, mereka baru merilis album perdana pada 2008 bertitel Goresan Kebencian. Kemudian disusul album selanjutnya Brutality in My Hand pada 2012 dan terakhir adalah EP (2015) yang berisi empat lagu.

Ovik. (Foto:Fitra Iskandar/MTVN)
“Inspirasi nama XTab dari nama komunitas BMX yang berkembang jadi bandnya dikaitkan dengan kehidupan semua manusia yang kami lihat. Extreme, Tendencies, Animosity, Brutality (Xtab) artinya sangat cenderung dendam kemarahan gelap mata menjadi kekejaman,” kisah Ovik.

Ncenk. (Foto:Fitra Iskandar/MTVN)
Lagu Goresan Kebencian yang ada di album dengan titel yang sama, bercerita tentang diskriminasi, intimidasi, ketidakadilan yang dialami orang-orang kalangan miskin.
“Album pertama Goresan Kebencian, mengangkat sisi terburuk dari manusia. Di saaat mereka terpuruk memendam kebencian dendam. Garis besarnya tentang masalah sosial tapi dari sisi terburuk itulah temanya. Daripada melampiaskannya dengan fisik, atau tindakan-tindakan, yang lebih baik dituangkan dalam lagu. Jadi karya saja,” kata Ovik.

Odoy (vokal), Gun (drum). Foto: Fitra Iskandar/MTVN)
Saat awal berdiri, XTab belum mengusung aliran death metal. Ini terjadi karena formasi awal band diisi oleh personel yang memiliki kesenangan aliran musik yang berbeda-beda mulai punk, hard core, sampai death metal. Ovik menyebutnya ketika itu mereka mengusung aliran ‘grinding punk’. Seiring waktu, XTab memilih dewasa di jalur death metal. “Tapi spirit punknya tetap ada, karena kami awalnya komunitas jalanan,” jelas Ovik. Kini mereka ingin dikenal sebagai band yang mengusung genre ‘sunda death metal’.
Acungan jempol untuk XTab karena percaya diri mengangkat identitas Sunda ke dalam musik mereka. Setidaknya, lagu-lagu XTab menjelaskan di mana band ini memilih titik berdiri; di deretan band-band metal tanah sunda, mengikuti jejak Jasad yang tampil lebih dulu mengangkat bahasa dan kultur lokal ke dalam musik metal.

Gun. (Foto: Fitra Iskandar/MTVN)
Pun begitu dengan XTab. Bukan hanya bahasanya, namun juga persoalan dan kultur yang begitu dekat dengan kehidupan nyata. Lokalitas dengan sudut pandang yang religius.
“Begini sebetulnya, terpengaruh musik metal dari barat itu jelas. Karena saya begini juga kan pengaruh band luar negeri. Tetapi kita kembali ke rohani masing-masing. Di luar kita garang, di rumah lain lagi. Kita punya keluarga, agama, tidak bisa total menyerap budayanya.”

“Daripada kita yang terbawa lebih baik kita yang membawa. Kita pulang ke rumah kan tetap juga dijewer untuk ngaji,” ujar Ovik sambil tertawa.
Seperti keimanan, religiusitas juga punya berbagai rupa. XTab tetap saja anak-anak muda yang penuh gejolak. Mereka juga menuangkan tema ‘nakal’ di salah satu lagu berbahasa Inggrisnya yang bercerita tentang masalah dorongan seksualitas dan ‘periode kewanitaan’.
Sekadar menambah informasi saja sebelum bicara ke yang lain-lain lagi, tiga personelnya Ovik, Gun dan Ncenk sudah menikah. Tinggal sang vokalis, Odoy yang kerap tampil menggunakan iket kepala khas sunda itu baru berencana menyusul.
“Lagu yang berjudul Bleeding Vaginal itu di album ke-2 yang masih bernuansa gore dan identik dengan darah. Inspirasi musiknya dari Suffocation,” tutur Ovik.

***
Tema-tema horor hanya sebagian kecil masuk dalam daftar lagu mereka. XTab memang nyaris Sunda habis. Lagu-lagu berbahasa Inggris akhirnya mereka buat karena dalam perjalanannya, XTab menerima sejumlah masukan terutama di media sosial.
Banyak penggemar menyarankan agar mereka juga membuat lirik-lirik bukan berbahasa Sunda. Band juga akhirnya terdorong untuk mencoba bermain-main dengan berbahasa Inggris, demi menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.
Popularitas XTab mulai beranjak naik, sejalan dengan bertambahnya jam manggung di berbagai tempat di Nusantara, peredaran rilisan album pun semakin luas terutama di Pulau Jawa. XTab juga memproduksi segala pernik sendiri, mulai rilisan sampai kaus band.

Ovik. (Foto:Fitra Iskandar/MTVN)
Dengan massa yang semakin besar, XTab , sama seperti band lain, harus rela melihat berbagai pernik band mereka diproduksi orang lain, tanpa secuil pun rupiah mengalir ke kantong mereka. Padahal pemasukan banyak disumbang oleh penjualan pernik ketimbang undangan manggung.
Menurut Ovik, biasanya barang tanpa lisensi itu beredar di distro-distro yang kecil-kecil di daerah. Ia maklum karena distro-distro tersebut mencari barang yang murah karena penggemar metal di lokasi mereka belum besar.

(Foto: Fitra Iskandar/MTVN)
“Bajakan selalu ada. Mau bagaimana lagi?! diridoin saja biar jadi berkah karena kami tahan juga enggak bisa. Kami enggak punya hak paten. Hukum jalanan. Kalau mereka dukung mereka enggak akan lah membajak. Kecuali urusan perut, ya susah,” tuturnya.
Ovik mengawal XTab distro di Cimahi untuk memproduksi pernik band XTab. Ini juga menjadi sumber pemasukannya. Tiga personel lainnya, di samping bermain band, juga pekerja swasta. “Makanya mereka enggak gondrong lagi,” celetuk Ovik.

Rata-rata, artwork kaus dari distronya mengambil kalimat dari judul lagu, atau lirik lagu band mereka. Meski bergambar seram, tulisannya cukup religius seperti ‘Liang Lahat Rumah Mewahmu’, 'Kabeh Sarua Kabeh Dulur’, ‘Jodo Pati, Bagja, Cilaka Geus Aya Nu Ngatur’, ada lagi ‘Musuhmu Nafsumu’ dan ‘Uang Bukan Tuhan’.

(Foto: Facebook XTab)
Ovik ingin kalimat yang ia tempelkan di perniknya, terutama kaus, juga menjadi media untuk saling mengingatkan. “Kami bukan ahlinya, tetapi kami suarakan saja ke teman dulur-dulur pesan-pesan positif. Kalau nama band naik , banyak yang mendengar, ya sebarkanlah kebaikan biar jadi berkah. Kalau enggak gitu enggak bisa bertahan dan enggak ada manfaatnya sebagai manusia. Kan jelas ya keterangan di agama juga sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bermanfaat buat orang lain,” kata Ovik.

(Foto: Facebook XTab)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id