Kepada Metrotvnews.com, Dirly mengakui bahwa menjadi penyanyi di Indonesia tidak mudah. Banyak musisi berkualitas di Indonesia, plus strategi yang harus jitu jika ingin terus eksis.
“Kalau buat saya industri musik Indonesia dan dunia, pakai kekuasaan uang. Semakin banyak uang untuk promosi, orang akan suka. Memang sulit. Zaman dulu orang yang mencintai musik menurut saya banyak, sehingga orang tidak peduli genre apa, selama mereka mendengar lagu yang sama berulang-ulang mereka akan suka,” ujar pria 26 tahun itu.
Dirly sempat bergeliat mencari cara untuk terus eksis di industri musik. Termasuk dengan membentuk grup musik bersama Tyo Nugros, mantan drummer Dewa. Grup bernama Electron 45 itu timbul-tenggelam di kancah musik.
Kini, Dirly masih menyimpan harap untuk kembali ke dunia musik. Namun dia tidak terburu-buru.
“Kalau buat gue pribadi, sebenarnya saya masih menjadi jati diri. Dalam arti mencari teman yang sepaham dalam bermusik, yang memiliki renjana yang sama. Kita hidup memang butuh uang, tetapi dalam hal karya tujuan saya bukan uang, lebih kepada curahan hati saya.”
“Ketika ada yang mengapresiasi, meski sedikit saya sudah senang. Bagi saya pujian, ‘Saya suka karya kamu’ itu belum cukup memuaskan. Tetapi saya lebih menghargai mereka yang mengerti pesan yang saya sampaikan dalam musik dan datang pada saya seperti teman yang merasakan hal sama.”
Pernyataan Dirly seperti mengindikasikan dirinya lebih nyaman tampil dalam format grup. Atau setidaknya memiliki band pengiring yang sejalan dengan visi-misinya.
“Saya punya keterbatasan, saya bukan musisi hebat, saya pecinta musik yang kebetulan diberikan Tuhan bakat bisa menyanyi. Saya menginginkan teman yang bisa bermain musik, dan bukan sekedar main musik, tetapi mencintai musik itu sendiri. Kalau sekarang banyak yang berkeinginan main musik sekedar hanya agar terlihat keren. Tidak banyak yang saya apresiasi dan menurut saya memang bagus, di antaranya Iwan Fals dan Tulus. Saya suka karya Tulus.”
Dirly adalah satu dari sekian banyak musisi di Indonesia yang mengalami pergulatan hebat dengan eksistensi. Masih banyak “Dirly” lain yang sempat mengecap manisnya popularitas dan mengalami persoalan bagaimana mempertahankan hal itu. Untungnya, Dirly tidak terbebani dengan titel “runner-up” Indonesian Idol. Dia memaknai musik lebih dalam dari sekedar eksistensi diri semata.
“Saya sendiri menganggap musik sebagai curahan hati, tidak diterima pun tidak apa-apa. Saya bersyukur jika ada yang ikut merasakan apa yang saya nyanyikan,” tukas Dirly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News