Muhammad Rafi Azzamy, mahasiswa Antropologi Universitas Brawijaya yang tengah mengepalai proyek penelitian tentang Sound Horeg, mengatakan bahwaf fenomena ini lahir dari masyarakat yang membutuhkan hiburan. Hal itu menjadi salah satu alasan Sound Horeg diminati oleh sebagian masyarakat.
Apalagi dengan perkembangan teknologi di zaman sekarang dengan musik elektronik dan hobi masyarakat setempat dalam menghias kendaraan truk membuat Sound Horeg menjadi pilihan yang paling relevan bagi mereka.
"Masyarakat butuh hiburan, dengan perkembangan teknologi yang terpadu dengan trend (musik DJ) dan hobi profesional mereka (supir truk yang memodifikasi truknya), membuat Sound Horeg menjadi pilihan pariwisata rekreatif yang paling relevan," kata Muhammad Rafi Azzamy kepada Medcom.id, melalui sambungan telepon, pada Rabu, 14 Agustus 2024.
Menurutnya, minat masyarakat terhadap Sound Horeg ini juga berhubungan dengan alat pengeras suara yang biasanya ada dalam acara hajatan. Benda tersebut telah dekat dengan masyarakat sejak lama.
"Tentu ini tidak lepas dengan kedekatan memorial-audial mereka dengan speaker-speaker yang biasanya menemani mereka untuk hajatan," ucap Muhammad Rafi Azzamy.
Baca juga: Viral! Pemuda di Demak Rusak Jembatan Demi Sound Horeg Bisa Lewat |
Arti Sound Horeg
Rafi menjelaskan bahwa Sound Horeg itu diambil dari bahasa Jawa yang artinya suara bergetar. Jadi, bisa disimpulkan bahwa, Sound Horeg adalah suatu suara yang bisa menimbulkan getaran."Sound horeg itu sederhana aja ya. Sebenarnya setara artinya itu kan kalau kita tahu kata 'horeg' itu kan di Jawa itu kan artinya bergetar ya. Jadi Sound Horeg adalah sound yang menimbulkan getaran gitu," jelas Rafi.
Sebenarnya kemunculan Sound Horeg dimulai sejak era 2000-an. Saat itu masyarakat menggunakan alat pengeras suara sebagai sebuah hiburan sederhana sesuai dengan keperluannya saja.
"Muncul Sound Horeg itu tidak lepas dari kebiasaan masyarakat kabupaten untuk punya sound (speaker) di rumah masing-masing. Itu di tahun-tahun 2000 awal itu udah ada gitu. Jadi, untuk hiburan sederhana, ya pengeras suara untuk selawatan, hal-hal keperluan yang sederhana itu," ujar Rafi.
Hingga akhirnya, sebuah ide muncul yang mengubah alat pengeras suara itu menjadi Sound Horeg. Rafi menyampaikan bahwa perubahan itu terinspirasi dari diskotik di kota besar, seperti Jakarta. Ada seorang warga yang ingin merasakan hiburan tersebut di desa dengan hiburan yang dinilai lebih merakyat.
"Dia (warga) itu lihat ada diskotik gitu ya, lihat diskotik di Jakarta, di Jabodetabek. Lalu dia terinspirasi untuk membuat hal serupa di desa gitu, tapi yang lebih merakyat hiburannya gitu," ungkap Rafi.
Meski sebelumnya telah ada, fenomena Sound Horeg semakin membesar setelah pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Banyak warga yang merasakan kerinduan terhadap hiburan di luar rumah, seperti karnaval atau sejenisnya.
"Jadi, faktor penyebab utamanya adalah karena pandemi, warga rindu hiburan," tutur Rafi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News