Peringkat Raja Pensi bahkan telah ditetapkan untuk setiap daerah berdasarkan musisi tamu yang diundang. Saat pensi populer tahun 2000-an, pensi SMA dengan musisi tamu dari luar negeri menjadi sebuah pride atau kebanggaan. Contoh, SMAN 2 Bandung pernah mendatangkan Seconhand Serenande. Lalu ada SMA Labschool Kebayoran Jakarta dengan tajuk acara tahunan Sky Avenue yang tahun lalu mendatangkan Johnny Stimson.
Tentang pensi, masih relevan enggak, sih untuk sekarang?
Awal tahun 2000-an pensi jadi ajang kumpul bersama teman-teman dari sekolah lain. Ardian Eka Putra, alumnus SMAI Al-Azhar BSD sekaligus penggagas Info Pensi bercerita momen pensi pada zamannya adalah hiburan alternatif favorit selain sebagai ajang temu dan berkenalan. Anak muda zaman dulu juga ingin melihat sesuatu yang baru atau progres musisi favoritnya.
"Masa-masa itu pensi, gengsinya adalah line up yang enggak biasa, unsual line up. Dangdut sempat masuk pensi dulu. SMAN 6 pakai dangdut. SMAN 82 enggak mau kalah pakai dangdut juga," kata Ardi dalam talkshow Loketalks Make Pensi Great Again bersama HAI di Jakarta Selatan belum lama ini.
"Ada sudut pandang lain, contoh kalau menurut gue, mau datang ke pensi dengan line up yang biasa main di gigs kecil, akhirnya bisa main di pensi yang kapasitasnya, sound lebih proper, panggung lebih gede,” sambung Ardi.

Astro 18 salah satu pensi yang paling ditunggu (Foto: via infopensi.com)
Alasan lain, saat itu alternatif tempat hiburan juga masih sedikit. "Zaman dulu pensi itu kayak gathering anak sekolah. Sama kalau sekarang ada les tambahan itu sebenarnya guilty pleasure. Satu belajar, dua ketemuan sama teman lain," kata Ardi.
Pensi sempat mengalami pasang surut. Menurut Ardi, masa kegelapan pensi ada pada tahun 2007-2010. Selain karena bertambahnya alternatif hiburan, ada faktor internal dari sekolah yang enggan jika pensi sebagai pemantik keributan antar angkatan.
"Pertama regulasi dari sekolah, karena sempat ada bullying. Kedua, mungkin banyak dari mereka (menganggap) pensi enggak keren, mending kayak gue nongkrong di mal atau klub. (Misal) Bagi mereka pensi enggak keren saja bagi yang di Selatan (Jakarta) dominasinya," katanya.
Berbicara soal keuntungan pensi, nama sekolah ikut terangkat dan melibatkan persetujuan pihak sekolah untuk menjadi tolok ukur calon murid baru. Untuk itu pensi juga menjadi perhatian pihak beberapa sekolah.
"Dulu kalau misalnya angkatan gua bikin pensi, Al-Azhar BSD bikin pensi, kalau adik kelas gua (pensinya) jelek, gua akan disalahin sama guru gue. Karena kita bikin pensi untuk legacy. Tujuannya untuk lima tahun ke depan. Acara ini harus oke,” tuturnya.
Raja Pensi di Jakarta: Sky Avenue
Sky Avenue menjadi tajuk tahunan pensi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Selatan. Dari yang biasanya di Istora Senayan, dua tahun lalu mereka sukses menggelar pensi di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang. Mengutip catatan HAI dalam bincang-bincang tersebut, pengunjung Sky Avenue konsisten tidak pernah kurang dari 10 ribu pengunjung.
Shanika Tysha, Ketua Pensi Sky Avenue 2018 membagikan sedikit tips berkaca dari pensi sekolahnya yang konsisten dan menjadi benchmark. Proses kreatif itu dimulai dari pembentukan tim kerja kecil.
"Buat konsep itu, pertama karena Sky Avenue merupakan bagian program kerja OSIS di bagian Kesenian. Pas itu baru ada ketuanya. Pas itu belum ada panitia sama sekali. Jadi di situ aku kerja sama dengan Ketua Angkatan, Ketua OSIS dan Ketua Bidang aku. Dari situ kita bentuk panitia kecil namanya panitia kreatif. Dari situ mereka baru mengeksplor," kata Tysha.
Tahun lalu , Sky Avenue menggunakan tema Illogical Toon dengan konsep kartun. Tema ini masih segar dan belum digunakan oleh pensi di angkatan sebelumnya.
Dengan menyewa dua hall di ICE BSD dengan nama-nama line up band pop, indie serta mengundang musisi luar tentu bukan dana yang sedikit. Prediksi capaian dana ratusan hingga miliaran rupiah itu diperoleh dari kerja kolektif angkatan per tahun dan sudah menjadi tradisi di SMA Labschool dengan panitia ratusan personel.
"Kita tahu panitia kan melibatkan banyak banget orang, sekitar 500-an orang. Kita menerapkan sistem iuran. Sebenarnya bukan patungan tapi lebih ke peminjaman. Jadi di awal acara dibuat, kita bilang ke teman-teman. Guys, kalian bayar iuran ya buat modal awal kita,” kata Tysha.

Acara Sky Avenue (Foto: Instagram Sky Avenue)
Hasil dari sistem iuran kelas 11 dan 12 dipakai untuk uang muka pembayaran venue acara. Jaminan sistem ini adalah uang kembali dengan utuh. Untuk kelas 12 dikembalikan berupa bentuk lain seperti selebrasi tahunan sekolah.
"Kalau misalkan kalian mau menerapin sistem iuran ini, kalian harus bisa jamin uang itu bakal balik dengan utuh. Misal buat yang kelas 12, karena mereka kakak angkatan sebenarnya duit yang mereka setor ke kita itu enggak balik. Tapi bakal balik dalam bentuk, misalkan prom, enggak harus sewa gedung, buat buku tahunan enggak usah bayar. Mau bukber bersama enggak usah bayar juga. Kalau buat kelas 11, biasanya duitnya dibalikin utuh dan dipakai buat DP venue Sky Avenue tahun depan," terang Tysha.
Selain sistem iuran, paket sponsor unik juga ditawarkan oleh Sky Avenue. Belajar dari pengalaman, Tysha membagikan sedikit cerita ketika Sky Avenue tahun lalu sempat kekuarangan dana. Mereka menyiapkan satu hallway untuk dibeli pihak sponsor dan bebas melakukan aktivasi di sana.
Pensi Vs. Panggung Musik yang Disokong Sponsor Rokok?
Panggung musik gratis kini banyak digelar dan disokong sponsor dari perusahaan rokok. Apakah ini menjadi bandingan untuk relevansi pensi di masa sekarang?
Terlepas dari printilan banyak faktor, panggung musik rokok telah menghadirkan sejumlah musisi-musisi keren. Eksistensi para musisi ini pun ditangkap radar panitia pensi sebagai referensi line up pensi mereka. Justru, panggung musik rokok ini yang menjadi pijakan pertama musisi keren sebelum tampil di panggung pensi.
Ardi, penggagas Info Pensi dan juga bekerja sama dengan perusahaan rokok untuk sponsor, memaparkan kaitan panggung rokok dengan pensi.
"Tempat-tempat ini (panggung musik rokok) melahirkan band-band indie baru untuk menjadi pilihan mereka. Karena kalau enggak ada event musik kayak gini, kita di mana lagi mau lihat band yang proper yang skalanya lebih gede,” kata Ardi saat ditemui Medcom.id usai acara.
"Kadang-kadang kalau di gigs saja, sudah jarang. Sebenarnya kalau menurut gue kayak guilty pleasure. Enggak ada event rokok, enggak ada lahir band baru, sih. (Panggung rokok) Melahirkan talent-talent baru,” sambungnya.
“Kalau enggak ada event-nya, band ini susah main di panggung, karena kan dari panggung rokok, band itu terkenal sama sekolah. Setahun, akhirnya dipakai band-nya. Ternyata ada Barasuara, Stars & Rabbit karena ada (usulan) dari kakak kelas juga. Karena mereka (panitia pensi) belum bisa ke panggung rokok kan,” tuturnya.

Pensi Nepal Cup (Foto: via infopensi.com)
Dapat dikatakan, popularitas musisi indie merangkak dari panggung rokok yang lalu berpindah menjadi penampil di pensi. Nilai pride ini pun menguntungkan kedua pihak, sekolah penyelenggara pensi dan musisinya.
Hal menarik lain, Ardi mengatakan penonton pensi dengan line up populer ternyata tidak hanya berasal dari kalangan SMA, ada juga dari fan base musisi.
"Fan base-nya kebanyakan anak sekolah tetapi ada juga fan base yang bukan anak sekolah datang ke pensi. Karena di pensi menawarkan band-band gede dengan harga lebih murah. Dan aku juga kaget 70 persen (penonton pensi) bukan anak sekolah, tapi fan base. Ngeri, ya," kata Ardi diakhiri tawa kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id