Sheila on 7. (foto:Antara/ Wahyu Putro A)
Sheila on 7. (foto:Antara/ Wahyu Putro A)

Wawancara Sheila On 7: Dulu, Kini dan Nanti

Agustinus Shindu Alpito • 28 Agustus 2014 13:27
medcom.id, Jakarta: Nama Eross Candra dan Sheila On 7 seolah suatu kesatuan yang baku dan tidak bisa dipisahkan.  Hampir seluruh lagu hits dari band asal Yogyakarta itu lahir dari Eross, meski para personel lain juga tidak jarang melahirkan hits.
 
Di usianya yang menginjak 18 tahun, Sheila On 7 bisa dibilang telah merasakan segalanya sebagai sebuah band. Kehilangan dua personel, meraih prestasi penjualan yang fantastis dan yang lebih penting dari itu semua, mereka tetap ada hingga saat ini, tetap berkarya dan berupaya menghasilkan lagu-lagu berkualitas.
 
Tahun 2014 bisa dibilang sebagai akhir dari perjalanan Sheila On 7 bersama label Sony Music Entertainment Indonesia.  Kontrak yang telah dijalin semenjak Sheila On 7 merilis album pertama di tahun 1999 itu akan ditutup dengan album berjudul “Musim yang Baik”,  yang akan rilis pada November 2014.

Rabu (27/8/2014), Metrotvnews.com mendapat kesempatan untuk bertemu Sheila On 7 di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.  Diskusi santai itu melibatkan Eross dan Adam Subarkah, sebuah kesempatan yang baik untuk mengulik lebih jauh tentang Sheila On 7 dulu, kini dan nanti.
 
Semua personel Sheila On 7 telah berumah tangga, apakah mempengaruhi inspirasi kalian dalam menulis lagu?
 
Eross: Kalau tahun 1999 nulis lagu karena saya punya kehidupan sosial yang luas, punya banyak teman seperti anak pada umumnya. Jadi banyak terinspirasi pada pertemanan. Saya percaya seniman itu apa yang ada yang dijadikan inspirasi, sekarang yang ada sama aku lebih ke teknis. Lebih ke studio, di studio ada sound apa, sound drum seperti apa, sound gitar apa, jadi itu yang aku jadikan inspirasi menulis lagu. Seniman bekerja dengan apa yang dia punya, kalau tahun 1998-1999 aku punyanya kehidupan sosial yang indah dan bagus, kalau sekarang ada keluarga dan ada studio, ya itu yang aku pakai untuk menulis lagu.
Kangen masa-masa menulis lagu saat kasmaran?
 
Eross: Waaa gawat itu kalau saya jatuh cinta lagi. Kalau aku bilang, keadaan Sheila On 7 paling baik ya saat ini. Semua jauh lebih tertata, lebih rapi. Lebih tersimpan juga hartanya dibanding dulu. Manajemen lebih bagus, bukan hanya soal Sheila On 7, tetapi sebagai pribadi.
 
Ada lagu bertema sosial di album baru?
 
Eross: Di album baru ada, kadang-kadang tema sosialnya beda. Ada lagu judulnya “Selamat Datang”, itu dia bekerja tapi tidak di tanah kelahirannya, dia merantau. Hal-hal seperti itu yang kami pilih. Kami  berharap jika dia mendengarkan lagu Sheila On 7 jadi lebih semangat dan lebih baik, makanya kami pilih tema sosial yang seperti itu, yang memberi semangat.
 
Saat membuat lagu, lirik atau musik dahulu?
 
Eross: Kalau saya bareng. Tetapi yang paling pertama temanya. Dari tema itu bisa mencari nada dulu atau lirik dulu. Bisa juga bareng-bareng.
 
Produktivitas dalam menulis lagu saat ini masih seperti era awal Sheila On 7?
 
Eross: Secara kuantitas jelas menurun, waktu untuk membuat musik di rumah berkurang. Dulu masih bujang, main gitar 14 jam sehari masih bisa kalau sekarang sudah ada kewajiban, antar-jemput anak sekolah, bermain sama anak.  Itu bukan pengorbanan, tapi itu kebutuhan. Kami  sangat menikmati sekali.  Saya enggak akan seimbang kalau tidak ada mereka. Saya seimbang karena ada keluarga baru saya. Meski secara kuantitas produksi lagu berkurang, tetapi secara kualitas membaik.
 
Setelah 18 tahun bersama, masih sering berselisih?
 
Eross: Sering dan masalahnya ada saja yang baru. Itu lebih bagus, kalau masalahnya itu-itu aja berarti nggak berkembang. Tetapi, sekarang menyikapinya lebih santai.
 
Seberapa siap Sheila On 7 menjadi band indie?
 
Eross: Kalau dikasih kesempatan untuk mapan di independen, ya pilih independen saja. Sebenarnya, secara teknis dari album “Menentukan Arah”   sudah kayak band indie;  promosi  sendiri, kami jual sendiri. Kurang lebih seperti itu. Tetapi   kami belum membuktikan seandainya lepas dari label mayor.
 
Kalau ada label mayor yang menawarkan dengan  kesepakatan  yang baik kenapa enggak? Hanya kalau aku bilang enggak mungkin… lihat nanti lah. Kami konsentrasi album kedelapan, kami sudah dikontrak delapan album dan sudah terima royalti. Jadi kalau ini tidak diselesaikan sama saja utang tidak selesai.
 
Pernah mengalami  ‘sindrom bintang’ saat Sheila On 7 sukses besar di awal era 2000-an?
 
Eross: Kalau waktu itu kagetnya dari enggak punya uang jadi punya uang banyak. Maksudnya begini, dulu bermimpi punya gitar ini-itu, begitu punya uang dibeli semua alat itu. Padahal belum tentu fungsional untuk kerja saya, itu berlebihan tetapi saya memang harus alami itu.
 
Kalau aku sama anak-anak, terutama sama Adam dan Sakti, kami lebih ke belanja alat musik. Cuma, kalau Sakti pada akhirnya memilih jalan yang lain, enggak tahu juga apakah  ‘sindrom bintang’ yang membuat dia seperti ini, enggak tahu juga. Yang saya tahu, kami sudah berteman dari umur 14 tahun, tetapi pada umur 24 atau 25 tahun sangat bisa visi orang berubah dan itu terjadi sama Sakti. Saya enggak tahu apakah Sakti alami ‘sindrom bintang’ waktu sama Sheila On 7 atau saat ini sebagai pendakwah.
 
Masih sering berhubungan dengan Sakti?
 
Eross: Sering. Dia menghormati (personel Sheila On 7) sebagai kawan lama, sehingga kalau bertemu pasti bercanda. Cuma,  enggak pernah ngobrol serius. Dia saat ini pendakwah, tetapi tidak pernah berdakwah di depan teman-temannya.
 
Pernah berhubungan dengan Anton?
 
Adam: Pernah sih waktu  ucapin ulang tahun, dapat respons.
 
Eross: Terakhir waktu konsernnya band Seventeen, Anton dateng. Ngobrol-ngobrol ringan.
 
Buku apa yang Eross baca?
 
Eross: Dulu saya suka banget sama (komik) ‘Shincan’, enggak itu bercanda  [he..he.. he..]. Saya suka 'Chicken Soup for The Soul', tetapi itu zaman dulu.  Sekarang lebih banyak baca biografi, lebih sering baca koran.
 
Apakah literatur sastra mempengaruhi Eross dalam menulis lirik?
 
Eross: Saya percaya sastra dalam musik itu bagaimana cara kamu mengungkapkan sesuatu. Apa yang kamu rasakan. Kamu boleh terpengaruh ini-itu tapi pada akhirnya kamu harus punya identitas sendiri.  Jadi, kalau aku lebih banyak belajar dari musisi lain, seperti aku suka lirik-lirik Bon Jovi, The Cure atau terakhir ini saya suka lirik-liriknya Lana Del Rey. Bagi saya membaca lirik sambil mendengarkan musiknya itu sekolah.
 
Memandang masalah pembajakan musik?
 
Eross: Kalau saya, selama saya bersama anak-anak (personel Sheila On 7) yang lain saya tidak ketar-ketir. Penampilan musisi di panggung itu kan tidak bisa dibajak. Salah satu aset kami terbesar adalah dunia panggung.  Merilis album secara gratis bisa jadi satu wacana juga ketika nanti keadaanya memang tidak memungkinkan untuk menjual rilis fisik.
 
Kami enggak tahu, lima tahun lagi seperti apa trennya.  Jadi, yang  kami lakukan ya kalau kami punya kesempatan untuk ngomong. Kami akan ngomong, “Jangan beli bajakan”.  Itu pasti.  Tetapi,  ketika kami dihadapkan kenyataan bahwa kami musisi yang harus berkarya, kami enggak terlalu memikirkan  itu. Kami punya kewajiban yang lebih penting, yaitu membuat karya yang bagus. Masalah penjualan dipikir nanti.
 
Apakah Sheila On 7 berencana membuat film dokumenter atau buku?
 
Eross: Pengin banget. Kami punya arsip yang banyak. Kami mulai menyortir itu semua.  Itu kewajiban suatu band.  Nanti generasi selanjutnya yang suka Sheila On 7 akan dimudahkan sekali dengan membaca biografi atau buku tentang Sheila On 7.
 
Pernah melalui masa-masa dimana berkarya atas pengaruh alkohol atau obat terlarang?
 
Eross: Justru masa-masa seperti itu saya lewatkan sebelum saya melalui masa kreatif. Dulu pernah coba-coba kayak begitu, tetapi waktu zaman SMA.  Ketika sudah jadi musisi profesional, sudah sadar kalau punya kewajiban. Mungkin juga karena lingkungan Sheila On 7 itu lingkungan yang sehat. Pada saat saya coba-coba hal seperti itu malah bukan sama anak-anak Sheila On 7.
 
Kalau cuma sekedar yang ringan-ringan seperti bir, pernah. Main gitar agak sedikit tipsy (di bawah pengaruh alkohol) pernah. Yang aku ingat lagu “Seberapa Pantas”  itu sebelum rekaman aku nge-bir, ketika disuruh  mengulang aku enggak bisa dapat  ‘jiwanya’.  Sampai sekarang pun aku enggak bisa ulangi itu. Itu salah satu pencapaian saya yang tidak lazim.
 
Band Indonesia yang sering didengarkan saat ini?
 
Eross: Kalau mendengarkan album, enggak. Tetapi kalau lagu-lagu dengar di radio ada beberapa yang bagus.  Oke,  anak-anak sekarang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIT)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan