Garin menyebut penghargaan Sutradara Terbaik ini merupakan hal yang sangat berarti baginya. Seperti yang diketahui dalam nominasi ini terdapat pula Edwin dengan film Kabut Berduri, Joko Anwar dengan Siksa Kubur, Tumpal Tampubolon dengan Crocodile Tears, dan Yandy Laurens film Jatuh Cinta Seperti di Film-film.
“Iya, ini sangat berarti karena sebenarnya saya tidak terlalu yakin film bisu dengan visual hitam putih, yang mengangkat tema tradisi bisa mendapat penghargaan sutradara terbaik,” kata Garin di Ice BSD.
Garin menjelaskan, film Samsara sebagai representasi dari film-film yang pernah populer pada zamannya. Sama halnya dengan wayang kulit yang memadukan pertunjukan visual dengan karya musik gamelan.
baca juga: Daftar Pemenang FFI 2024 |
“Wayang kulit sebetulnya dalam sejarah sinematik dunia selalu menjadi awal dari apa yang disebut sejarah film,” tutur Garin.
Dalam kesempatan yang sama Garin mengungkap rencana karya film yang akan dibuatnya kedepan. Garin ingin membuat film dokumenter tentang sejarah film dari era 1.0 hingga 4.0.
Sebagai informasi, film Samsara berlatar tempat di Bali pada tahun 1930-an. Bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya.
Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya, ritual tersebut justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.
Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News