Menggunakan efek spesial canggih, karakter robot dalam film yang disutradarai Upie Guava ini bergenre fiksi ilmiah berlatar tahun 2090 ketika persediaan air di Bumi sudah sangat terbatas. Satu-satunya persediaan air bersih dimonopoli oleh perusahaan bernama Nerotex.
Upie menyiapkan film ini sejak tahun 2020. Dia banyak terinspirasi dari Star Wars dan The Mandalorian sehingga ingin Indonesia juga memiliki film robot dengan teknologi yang tak kalah dibandingkan luar negeri.
"Ini film yang dirancang dari banyak puzzle-puzzle di kepala, random gitu. Pengin gitu anak kecil bikin robot dan entah kenapa saya tuh tumbuh dengan kata-kata pelangi selalu terdengar indah gitu Pelangin di Mars itu terdengar menarik, makanya ditaruh di judul," kata Upie Guava di Jakarta.
baca juga: Review Film Animasi Elio, Kisah Pencarian Jati Diri di Antargalaksi |
"Dan secara cerita juga bagaimana seorang anak manusia si Pelangi ini mengansamble para robot yang awalnya saling berantem, saling gak akur karena perbedaan lantas karena keluguannya Pelangi jadi sebuah harmoni yang indah," lanjutnya.
Dalam film ini, Rio Dewanto berperan sebagai Banyu, Lutesha sebagai Pratiwi, dan Messi Gusti memerankan karakter utama bernama Pelangi. Mereka membagikan pengalaman mereka selama proses syuting film yang dilakukan di di Doss Guava XR Studio.
Ketiganya baru pertama kali memerankan film yang ditunjang dengan efek spesial canggih. Messi Gusti misalnya, harus mengenakan kostum astronot yang berat sehingga membatasi gerakannya.
"Aku keberatan pakai baju ini, emang berat. Sebenarnya pas awal-awal pakai berat, panas, agak sulit untuk bergerak. Padahal di film gerakan aku harus sebanyak itu, se-powerfull itu," kata Messi.
Helm astronot yang digunakan Messi, Rio, dan Lutesha memiliki berat mencapai 2,9 kilogram. "Tapi karena ada kipas angin, jadi kita kadang-kadang nyaman. Cuma kadang-kadang kalau dengerin orang ngomong agak susah, karena punya kipas gitu. Aduh ngomong apa nih," kata Rio.
Film ini berkisah tentang Pelangi yang menjadi manusia pertama yang lahir dan tumbuh di Mars. Pelangi hidup seorang diri di planet Mars yang sepi setelah ditinggal oleh ibunya, Pratiwi yang diperankan oleh Lutesha.
Pada saat itu koloni manusia sudah meninggalkan planet tersebut. Namun, kesendiriannya segera berubah menjadi perjalanan luar biasa ketika ia bertemu dengan sekelompok “robot rusak” yang sudah lama ditinggalkan. Bersama mereka, Pelangi mengejar harapan terakhir umat manusia: sebuah mineral ajaib Bernama Zeolith Omega yang diyakini mampu memurnikan air di Bumi.
Karakter Pelangi merepresentasikan harapan baru, keberanian seorang anak, dan kekuatan kolaborasi lintas batas manusia dan mesin. Lewat narasi menyentuh dan visual memukau, film ini mengeksplorasi tema persahabatan, ketangguhan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Film ini pun mendapat sokongan dari PFN dan Raffi Ahmad yang hadir sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni. Raffi memuji kualitas yang dihadirkan Pelangi di Mar.
"Saya udah enggak bisa berkata apa-apa lagi. Terharu gitu, wah akhirnya sudah bisa next level. Saya yakin film ini insya Allah akan sukses dan lebih dari 10 juta penonton," ucap Raffi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News