Film dokumenter berdurasi 19 menit tersebut akan menceritakan tentang proyek konservasi
paling ambisius yang diberi nama, "The Red List". Dalam film ini, enam peneliti konservasi dari
berbagai belahan dunia melakukan investigasi untuk menyelamatkan satwa yang mereka pilih
dari "The Red List" dari kepunahan.
Salah satu dari enam peneliti konservasi yang diliput ialah Karlina Indraswari, mahasiswi PhD di
Queensland University of Technology (QUT) asal Indonesia.
Film dokumenter ini mengangkat cerita perjalanan riset Karlina sebagai bagian dari studi
PhDnya dalam meneliti rute praktik perdagangan burung ilegal di Indonesia yang disinyalir
menjadi salah satu faktor penurunan spesies burung penyanyi. Film ini juga menampilkan saat
Karlina mengunjungi Lampung sebagai kota utama pemasok burung dan usahanya bersama
Karantina Bakauheni dalam menggagalkan pengiriman ilegal 1.500 burung liar siap untuk
dipasarkan di Jakarta.
Menurut IUCN Red List, ada 1.773 spesies burung di Indonesia; 13,5% diantaranya dinyatakan
hampir terancam, 5,3% rentan, 2,9% terancam punah, dan 1,6% diantaranya teridentifikasi
dengan status kritis.
“Bisa dilihat dari hasil riset untuk studi PhD saya yang terkini, praktik perdagangan burung liar di
Indonesia merupakan hal yang kompleks. Mengingat memelihara burung merupakan salah satu
hobi yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia, kita butuh adanya edukasi masyarakat
dan juga alternatif praktik perdagangan satwa yang ramah lingkungan agar upaya
penyelamatan dan rehabilitasi bisa lebih optimal”, tambahnya.
Karlina Indraswari merupakan mahasiswi PhD dan Asisten Peneliti di Queensland University of
Technology dengan 16 tahun pengalaman di bidang konservasi satwa liar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id