Serial Rencana Besar (Foto: primevideo)
Serial Rencana Besar (Foto: primevideo)

Adegan Tak Terduga di Serial Rencana Besar

Medcom • 06 Oktober 2023 13:34
Jakarta: Serial Rencana Besar telah tayang mulai 5 Oktober 2023 di Prime Video. Terdapat adegan yang tidak terduga yang membuatnya terlihat jadi semiotik.
 
Serial ini merupakan adaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Tsugaeda. Serial Rencana Besar menceritakan tentang hilangnya dana sebesar Rp17 miliar dalam pembukuan Universal Bank of Indonesia.
 
Kasus itu dibawa kepada pihak kepolisian dan melibat beberapa pegawai yang diduga sebagai pelakunya. Namun siapa sangka penyelidikan itu membuat keadaan semakin kacau dan mengungkap fakta tidak terduga sebelumnya.

Dalam trailer resmi yang telah dirilis melalui saluran YouTube Prime Video Indonesia, 29 September 2023, terlihat adegan-adegan yang akan ada di dalam serial. Namun ada adegan yang memiliki kesan tersendiri bagi pemain, yakni saat digelarnya aksi demo.
 
Chicco Kurniawan yang berperan sebagai Reza Ramaditya dalam serial itu merasa bahwa adegan itu yang menyenangkan. Apalagi dengan koreografi yang dibuat untuk adegan tersebut.
 
"Kan itu sangat massive, bikinnya gak gampang. Itu semuanya dikoreografikan dengan sangat menyenangkan," ujar Chicco kepada Medcom.id, dalam sesi wawancara terbatas di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
 
Rasa menyenangkan itu timbul karena Chicco merasa adegan yang dihasilkan terlihat rapi. Menurutnya, adegan itu juga terlihat jelas di matanya.
 
"Malah menyenangkan, kenapa? Soalnya rapi gitu rasanya buat aku. Kalau ini tuh semuanya jelas," ujar Chicco.
 
Selain itu, ada juga adegan yang memiliki kesan tersendiri bagi Dwi Sasono, yang berperan sebagai Detektif Makarim. Adegan itu menampilkan konflik keluarga dari karakter tersebut.
 
Ternyata ada cerita di balik adegan itu. Dwi Sasono mengatakan ada adegan yang terjadi di luar skenario yang telah dibuat.
 
"Itu gak ada di skrip," kata Dwi Sasono.
 
Saat itu, Dwi Sasono memukul sesuatu yang menyebabkan jam tangan miliknya terjatuh.
 
"Jadi, aku mukul, itu jam tangannya jatuh," lanjutnya.
 
Meski itu di luar skenario, tetapi bisa menghasilkan adegan yang semiotik. Jam tangan itu seolah memberikan sebuah tanda atau makna dalam adegan itu.
 
"Tapi, akhirnya itu menjadi sebuah simbol, semiotik ya jadinya," ucap Dwi Sasono.
 
Kemudian, ia menjelaskan secara tidak langsung jam tangan yang rusak itu memberikan pesan kepada para penonton tentang waktu yang tidak bisa diulang.
 
"Bayangin seorang bapak terhadap anaknya, itu tidak bisa memutar balik waktu. Sudah hancur, rusak. Itu kan kaitannya," tutur Dwi Sasono.
 
Nantinya para penonton yang menyaksikannya mungkin tidak semuanya bisa menangkap adegan itu. Namun itu bisa menjadi sebuah filosofi yang mengesankan bagi sebagian orang.
 
Ketidaksengajaan itu menjadi bukti kepercayaan Dwi Sasono dalam proyek yang melibatkannya. Jika melakukan itu dengan sepenuh hati, ia percaya akan ada hal baik yang terjadi.
 
"Aku percaya, kalau kita berkarya sepenuh hati, pasti Semesta juga akan memberi gitu," pungkas Dwi Sasono.
 
(Rafi Alvirtyantoro)
 

 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan