Epy Kusnandar sebagai Kang Mus di sinetron Preman Pensiun (Foto: RCTI)
Epy Kusnandar sebagai Kang Mus di sinetron Preman Pensiun (Foto: RCTI)

Kang Mus Preman Pensiun: Warisan Akting Epy Kusnandar yang Sulit Digantikan

Agustinus Shindu Alpito • 03 Desember 2025 16:43
Jakarta: Kalau masyarakat Indonesia diminta menyebut satu nama yang identik dengan “preman dengan hati”, banyak dari mereka langsung akan menyebut Kang Mus. Dan nama di balik tokoh itu adalah Epy Kusnandar, aktor yang nyaris tak bisa dipisahkan dari karakter yang melekat ini. Sejak kemunculannya di layar kaca, Kang Mus bukan hanya sekadar tokoh dalam sinetron. Dia menjadi simbol konflik, perubahan, dan kemanusiaan dalam dunia gelap premanisme.

Dari Epy ke Kang Mus: Proses Transformasi, Bukan Sekadar “Pakai Kostum”

Kang Mus Preman Pensiun: Warisan Akting Epy Kusnandar yang Sulit Digantikan
 
Jejak Epy sebagai aktor dimulai jauh sebelum “Preman Pensiun”. Bekal pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan pengalaman teater memberinya kedalaman dalam memahami karakter lebih dari sekadar dialog. 
 
Ketika ia ditawari memerankan Muslihat alias Kang Mus, ia tidak asal “berakting”. Epy menjalani persiapan serius: riset karakter, memahami latar belakang preman-terminal di kota seperti Bandung, hingga membiasakan diri “hidup sebagai Kang Mus” di lokasi syuting agar aura dan gesturnya terasa alami.  Hasilnya? Penonton tidak lagi melihat Epy, mereka melihat Kang Mus.
 

Kang Mus: dari Kaki Tangan hingga “Bos Terminal”

Dalam alur cerita “Preman Pensiun”, Muslihat memulai sebagai tangan kanan Kang Bahar, bos preman Bandung. Setelah pensiunnya Kang Bahar, kekuasaan atas terminal dan wilayah pun berpindah ke Kang Mus, perubahan besar yang mengubah jalur hidup tokoh ini. 

Sebagai “penguasa terminal”, Kang Mus menghadapi banyak tantangan: loyalitas anak buah, godaan dunia kriminal, persaingan preman kecil, serta tekanan moral. Tapi yang membuatnya istimewa: ia tak sekadar jadi “bos kejam”. Di balik sikap tegasnya, Kang Mus punya sisi kemanusiaan, rasa tanggung jawab, cinta pada keluarga (istri dan anak), serta keinginan untuk beralih ke jalan yang lebih baik. 
 
Saat ia memutuskan pensiun dan mengejar hidup biasa dengan bisnis kecil-kecilan, konflik terus muncul dari masa lalu yang membayang, hingga anggota lama yang sulit lepas dari dunia lama. Prinsip, loyalitas, dan perjuangan internal itulah yang membuat kisah Kang Mus terasa nyata dan menyentuh. 
 

Mengapa Kang Mus Terus “hidup” di Hati Penonton?

Ada beberapa alasan mengapa Kang Mus tetap dikenang kuat, bahkan di luar layar. Dan ini hanya bisa dilakukan oleh aktor dengan kualitas akting nomor wahid. Bahkan di kehidupan nyata, banyak orang tetap memanggil Epy dengan nama “Kang Mus.” Ini menunjukkan seberapa dalam ia membenamkan dirinya dalam peran. 
 
Alasan mengapa karakter ini begitu dicintai adalah dapat menghadirkan kontras karakter yang kompleks, Kang Mus bukan penjahat hitam-putih. Dia adalah anti-hero: keras, tegas, kadang menyeramkan. Tapi juga punya sisi kemanusiaan, cinta keluarga, beban moral. Kombinasi itu membuat penonton tidak sekadar takut atau membenci, tetapi juga bisa simpati.
 
“Preman Pensiun” menggambarkan dunia premanisme, terminal, pasar, dan kehidupan kelas bawah di kota besar, bukan dunia glamor. Kang Mus tumbuh di lingkungan yang keras, membuat keputusannya (untuk pensiun, berubah) terasa berat namun realistis. Itu membuat banyak penonton yang “ngeh” bahwa karakter seperti itu bisa saja nyata di luar layar.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan