Film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' atau dalam bahasa Inggris berjudul Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash garapan sutradara Edwin memenangkan Piala Golden Leopard dalam Locarno Film Festival 2021.
Berikut ini beberapa fakta menarik terkait keberhasilan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang memenangkan penghargaan di Locarno Film Festival.
1. Diadaptasi dari novel dalam negeri
Semakin membanggakan karena referensi film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas juga diadopsi dari karya novel dalam negeri karya Eka Kurniawan dengan judul sama. Di ajang Locarno Film Festival, film ini berkompetisi di program Concorso Internazionale.2. Booster dunia film Indonesia
Edwin mengatakan kalau penghargaan yang ia dapat diharapkan bisa menjadi booster yang menguatkan kembali dunia perfilman Indonesia."Penghargaan Golden Leopard ini semacam vaksin, booster, atau vitamin yang diharapkan mampu menguatkan kembali film Indonesia dan segenap jiwa raga pecinta film Indonesia di manapun mereka berada," kata Edwin.
3. Sineas Indonesia pertama yang raih piala Golden Leopard
Kemenangan ini sekaligus menjadikan Edwin sebagai orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan ini. Sebelumnya, trofi bergengsi tersebut pernah dimenangkan oleh sineas top dunia, antara lain Stanley Kubrick, Mike Leigh, Jafar Panahi, dan Jim Jarmusch.4. Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dipuji media asing
Pujian terhadap film ini juga datang dari media internasional. Variety, salah satu media Amerika menyebut film ini, “Sebuah penghormatan untuk film laga Asia Tenggara tahun 1980-an yang dirancang sebagai kritik terhadap toxic masculinity”.Sedangkan portal berita sinema yang berpusat di Eropa, Cineuropa, menulis, “Romansa yang berkembang di film menyenangkan untuk ditonton, terutama karena Iteung (diperankan oleh Ladya Cheryl) juga seorang petarung, dan sangat bagus dalam hal itu."
5. Totalitas para aktor
Adapun salah satu faktor pendukung keberhasilan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dalam menyabet penghargaan karena totalitas para aktor.Dibintangi oleh Marthino Lio (sebagai Ajo Kawir), Ladya Cheryl (Iteung), dan Sal Priadi (Tokek), Edwin terbilang berani dalam melakukan orkestrasi susunan pemain. Seperti diketahui, Sal Priadi sebelumnya dikenal sebagai musisi.
Sedangkan untuk Marthino Lio, ini menjadi pembuktian dirinya mampu memegang peran utama dalam proyek sinema yang bisa dibilang punya pasar internasional.
Secara garis besar, film ini bercerita tentang Ajo Kawir yang mengalami impoten. Pada suatu hari, Tokek mengajak Ajo Kawir mengintip perempuan yang dianiaya. Sejak peristiwa itu Ajo mengalami disfungsi ereksi. Ajo tumbuh sebagai remaja yang suka berkelahi, sampai suatu hari sifatnya berubah saat bertemu dengan Iteung.
Dalam hal produksi, Edwin dengan berani memilih pita seluloid 16mm untuk syuting. Hal ini dipilih untuk menunjang latar belakang film yang mengambil waktu era 1980-an dan 1990-an.
6. Locarno Film Festival ajang prestisius sejak 1946
Locarno Film Festival pertama kali diselenggarakan tahun 1946. Tahun ini adalah kali ke-74 Festival Film Locarno digelar.Locarno Film Festival dianggap sebagai salah satu festival film prestisius. Pada tahun ini, beberapa film yang ikut berkompetisi antara lain film terbaru Ethan Hawke, Zeros and Ones.
Selain itu, film terbaru berjudul Beckett dari sutradara Ferdinando Cito Filomarino yang diperankan John David Washington dan Alicia Vikander terpilih menjadi film pembuka Locarno Film Festival 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News