Song for My Children (Foto: dok. via goodpitch)
Song for My Children (Foto: dok. via goodpitch)

Menyimak 4 Proyek Dokumenter Program Good Pitch Southeast Asia

Purba Wirastama • 28 April 2017 09:00
medcom.id, Jakarta: Empat proyek film dokumenter dari Asia Tenggara tengah digarap dengan bantuan program Good Pitch Southeast Asia (GPSEA). Proyek-proyek ini dipilih dari 88 proposal yang masuk karena dinilai mengangkat persoalan penting dan mempunyai strategi bercerita yang paling bagus, menarik, jelas, dan realistis.
 
Proyek dokumenter tersebut adalah Sunday Beauty Queen karya Baby Ruth Villarama (Filipina), Audio Perpetua karya Universe Baldoza (Filipina), Intuition karya Yong Shu Ling (Singapura), dan Song for My Children karya Shalahuddin Siregar (Indonesia). Keempat sutradara telah mempunyai riwayat karya yang patut diperhitungkan.
 
1. Sunday Beauty Queen
Sunday Beauty Queen menangkap aktivitas buruh migran Filipina yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong. Setiap hari Minggu, mereka mengadakan acara hiburan dan kontes kecantikan di taman kota sebagai bentuk pelepasan diri dari tekanan pekerjaan.

Good Pitch memilih film ini karena memotret kehidupan buruh migran dalam perspektif unik dan diyakini dapat meningkatkan kesadaran berbagai pihak, termasuk para calon buruh migran dan pemangku kebijakan setempat.
 
Film ini telah selesai dibuat dan diterima dengan sangat baik di negara asalnya. GPSEA membantu film ini untuk bertemu dengan penonton yang tepat dan lebih luas. Ruth Villarama juga membuat versi 30 menit, yang ditayangkan di stasiun televisi NHK.
 
2. Audio Perpetua
Audio Perpetua adalah catatan audio visual tentang komunitas tuna netra di Filipina yang belajar mendengarkan rekaman suara berbahasa Inggris dan menggunakan keyboard komputer biasa untuk melakukan transkripsi. Lewat teknologi dan kecintaan terhadap suara dan musik, mereka menemukan kehidupan di luar kegelapan yang mereka alami.
 
Universe Baldoza dan kawan-kawan ingin film ini dapat ditonton oleh teman-teman disabilitas di Asia Tenggara untuk meningkatkan kepercayaan diri. Carol, guru dan pendiri komunitas yang juga tunanetra, ingin film jadi medium untuk membangun jaringan dengan yayasan disabilitas lain di Asia Tenggara. Proyek direncanakan selesai pertengahan tahun 2018.
 
3. Intuition
Intuition mengikuti kisah seorang perempuan muda dalam misinya mengembangkan metode belajar di sekolah dasar Singapura. Dia mengajak beberapa anak untuk mengajari teman-teman lain yang mendapat nilai terendah. Dia hendak membuktikan bahwa semua murid dapat belajar dengan metode berbeda.
 
Yong Shu Ling menargetkan film ini pertama-tama bagi para murid dan orang tua untuk menyadari perlakuan diskriminasi yang dilakukan atau dialami anak-anak di sekolah. Sasaran penonton juga meliputi pendidik dan para pemangku kebijakan untuk memancing diskusi dan tindak lanjut yang lebih tepat terkait persoalan pendidikan. Proyek direncanakan selesai pada akhir 2017.
 
4. Song for My Children
Song for My Children merupakan pengembangan dokumenter pendek Rising from Silence. Film ini menyorot kisah Dialita, kelompok paduan suara perempuan paruh baya yang empati terhadap korban peristiwa 1965. Mereka menyanyikan lagu-lagu peninggalan korban tahanan politik sebagai bentuk rekonsiliasi dengan masa lalu yang kelam.
 
Lewat dokumenter ini, Shalahuddin Siregar hendak memberikan perspektif lain mengenai para penyintas tragedi kelam 1965, terutama bagi generasi muda Indonesia dan para sejarawan. Selain itu juga diharapkan dapat mengundang berbagai kelompok lain yang ingin berjejaring dan bergabung dalam upaya berdamai. Proyek direncanakan selesai pertengahan 2018.
 

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan