Sang sutradara, Edwin, menampilkan film berlatar tahun 1980-an. Dia mengupayakan sejumlah cara untuk menghasilkan estetika sinema yang sesuai, salah satunya dengan penggunaan seluloid.
Edwin menyatakan bahwa referensinya tentang gambar sangat dipengaruhi oleh imaji-imaji yang terekam dalam berbagai acara TVRI. Di antaranya, Flora dan Fauna, Sesame Street, hingga Si Unyil.
"Kebanyakan menggunakan medium pita seluloid 16mm. Bagi saya, 16 mm adalah representasi realita sehari-hari yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan dan ingatan saya terhadap periode 80/90an," ujar Edwin.
"Tentu saja keinginan menggunakan pita seluloid dalam proses shooting film ini perlu didukung oleh para produser yang gigih dalam merealisasikannya," tambahnya.
Namun, pita seluloid dikenal dengan harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan medium digital. Bahkan, di Indonesia tidak ada lagi laboratorium dan distributor pita film 16mm.
"Segala pengerjaan laboratorium harus dikerjakan di Jepang. Sebuah pilihan yang tidak mudah mengingat segala sesuatunya juga harus dikerjakan dalam masa pandemi. Meiske Taurisia, dan Muhammad Zaidy selaku produser percaya bahwa setiap cerita, dan karakter dalam film harus dituturkan dengan caranya yang unik," pungkasnya.
Sementara itu, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menceritakan tentang Ajo Kawir (diperankan Marthino Lio), pria jagoan yang tak takut mati. Ia memiliki hasrat yang besar untuk bertarung dengan siapa pun. Hal itu didorong oleh rahasia, yakni dia impoten.
Kemudian, dia bertemu dengan perempuan bernama Iteung (diperankan oleh Ladya Cheryl) dan mereka bertarung. Ternyata, Ajo babak belur hingga jungkir balik. Mereka pun saling jatuh cinta. Namun, sejumlah permasalahan hidup menghantui mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id