Poster Film Pengepungan di Bukit Duri (Foto: Come and See Pictures)
Poster Film Pengepungan di Bukit Duri (Foto: Come and See Pictures)

Review Film Pengepungan di Bukit Duri

Rafi Alvirtyantoro • 17 April 2025 16:34
Jakarta: Pengepungan di Bukit Duri menggambarkan masa depan Indonesia tanpa adanya perbaikan dan perubahan. Ini bukan sebuah ancaman, tetapi peringatan.
 
Sutradara dan penulis skenario Joko Anwar kembali dengan film aksi thriller bertajuk Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High). Film yang diproduksi oleh Come and See Pictures ini juga menggandeng perusahaan distribusi film asal Amerika Serikat, Amazon MGM Studios.
 
Film Pengepungan di Bukit Duri dibintangi oleh beberapa aktor ternama Indonesia, termasuk Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, dan Fatih Unru.

Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri

Di tengah situasi Indonesia yang dilanda kekacauan dan diskriminasi terhadap minoritas pada tahun 2027, Edwin (Morgan Oey), seorang pria keturunan Tionghoa, memilih jalan yang tak biasa dengan menjadi guru di SMA Duri. Sekolah tersebut dikenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak bermasalah.

Namun di balik keputusannya itu, Edwin menyimpan misi pribadi, yaitu mencari keponakannya, anak mendiang kakaknya yang hilang.
 
Lingkungan SMA Duri mencerminkan kekacauan yang terjadi di luar sekolah. Bullying merajalela dan semangat belajar nyaris tak terlihat.
 
Di antara murid-murid tersebut, Edwin bermusuhan dengan Jefri (Omara Esteghlal), seorang siswa yang keras kepala dan tidak terima dengan teguran Edwin. Ketegangan di antara keduanya semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
 
Di tengah kekacauan itu, secercah harapan muncul ketika Edwin menemukan Kristo (Endy Arfian), seorang murid yang diyakininya sebagai keponakan yang selama ini dicari. Secara perlahan Edwin pun mulai mendekati Kristo.
 
Suatu hari, ia mengajak Kristo, dibantu oleh guru BK bernama Diana (Hana Malasan) dan seorang murid lain bernama Angga (Fatih Unru), untuk menghias ruang kelas dengan karya seni siswa. Kegiatan sederhana ini menumbuhkan hangatnya kebersamaan dan harapan di tengah lingkungan yang keras.
 
Namun kedamaian itu tidak berlangsung lama karena Jefri dan teman-temannya tiba-tiba muncul dengan membawa senjata tajam. Mereka pun mengubah sekolah menjadi medan pertempuran yang mengerikan. Pertumpahan darah dan ketakutan mencengkeram di setiap sudut bangunan tidak bisa terhindarkan.
 
Situasi semakin memburuk ketika kerusuhan besar melanda seluruh kota, mengingatkan pada kejadian kelam di masa lalu pada 2009 silam. Namun kerusuhan ini memiliki skala yang lebih besar.
 
Di tengah pengepungan yang dilakukan Jefri dan teman-temannya di SMA Duri, dan dengan kekacauan yang meluas di luar tembok sekolah, Edwin harus berjuang melindungi orang-orang di sekitarnya, terutama Kristo.
 
Mampukah ia menghadapi amarah Jefri dan menyelamatkan mereka dari bahaya yang mengancam?
 
Sobat Medcom bisa mengetahui kelanjutannya di bioskop mulai 17 April 2025. Namun sebelum itu, simak review film Pengepungan di Bukit Duri di bawah ini.

Review Film Pengepungan di Bukit Duri

Terasa Dekat dan Relevan

Review Film Pengepungan di Bukit Duri
 
Meskipun film Pengepungan di Bukit merupakan karya fiksi yang diciptakan oleh Joko Anwar. Namun film ini terasa cukup dekat dengan para penonton dan relevan dengan apa yang pernah terjadi di Indonesia.
 
“Negara kita kayak kaca, ada gangguan gampang pecah. Kayak bensin, gampang terbakar,” penggalan dialog Edwin di film Pengepungan di Bukit Duri.
 
Joko Anwar terlihat ingin membuka kembali peristiwa yang cukup sensitif untuk menjadi perbincangan publik di masa sekarang. Peristiwa yang memang pernah terjadi di Indonesia itu menyimpan luka mendalam bagi sebagian orang, khususnya masyarakat keturunan Tionghoa.
 
Film Pengepungan di Bukit Duri ini memiliki skenario yang berani. Semuanya disampaikan secara lantang oleh Joko Anwar, khususnya panggilan “Babi” yang menghiasi film ini.
 
Para penonton akan semakin merasa dekat dan relevan saat alur berada pada tahun 2027. Dimana lingkungan masyarakat yang seharusnya terlihat rapi dan bersih berubah menjadi kumuh dan tak terawat.
 
Salah satunya adalah penampakan gerbong KRL Commuter Line yang penuh dengan coretan. Padahal transportasinya telah kekinian seperti zaman sekarang.
 
Film Pengepungan di Bukit Duri tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga mengajak para penonton untuk masuk ke dalamnya. Apalagi dengan warna kuning yang mendominasi dalam film ini membuat rasa cemas itu berhasil tersampaikan kepada para penonton.

Sadis dan Penuh Darah

Review Film Pengepungan di Bukit Duri
Film ini memang tidak cocok untuk semua umur penonton di bioskop. Pasalnya Pengepungan di Bukit Duri merupakan film yang dibalut dengan aksi kekerasan dan bahasa kasar.
 
Para penonton akan dimanjakan dengan pertarungan sengit antar karakter yang ada di dalam film ini. Tak hanya itu, adegan penyiksaan terhadap beberapa orang akan membuat kamu bergidik ngeri.
 
Kemunculan karakter Doti yang diperankan oleh Satine Zaneta mempertegas bahwa kenakalan remaja bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin.
 
Wajah para murid dalam film ini masih belum terkesan nakal, tetapi akting mereka membuat karakter yang diperankan menjadi lebih hidup.
 
Hal perlu dinantikan oleh penonton adalah final battle yang dilakukan oleh Edwin dan Jefri pada akhir film. Adegan itu menjadi klimaks yang membuat para penonton merasa “lega.”
 
Namun sangat disayangkan bahwa ada salah satu adegan yang terlihat jelas menggunakan bantuan CGI sehingga mengurangi pendekatan terhadap penonton.

Sedikit Bumbu Romansa dan Komedi

Review Film Pengepungan di Bukit Duri
Kisah cinta antara Edwin dan Diana membuat film ini semakin berwarna. Gejolak asmara di antara keduanya akan membuat para penonton sedikit terbawa perasaan dan menantikan kelanjutan kisah cinta mereka. Apalagi kehadiran Vera yang diperankan oleh Shindy Huang membuat bumbu asmara semakin menegangkan.
 
Namun sayangnya bumbu romansa itu hanya diberikan porsi yang sangat sedikit. Begitu juga dengan bumbu komedi yang dimasukan ke dalam film Pengepungan di Bukit Duri.
 
Komedi yang disajikan memang lucu dan membuat para penonton tertawa. Namun komedi itu cukup gelap untuk dinikmati dalam situasi yang ada di dalam film Pengepungan di Bukit Duri.
 

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan