"Kami mengatakan bahwa semua sama dalam kematian, tetapi dalam kenyataannya, itu tidak benar," tutur Yoon Ji-ryun dalam virtual press conference.
"Setelah menghabiskan cukup banyak waktu untuk meneliti kematian, saya sampai pada kesimpulan bahwa kematian sama tidak adilnya dengan kehidupan," ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa kematian yang membutuhkan layanan penghapusan trauma secara kasar dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, ketika almarhum (orang yang telah meninggal dunia) tidak memiliki anggota keluarga atau teman untuk mengurus pengaturan yang diperlukan. Kedua, ketika kematian terlalu ekstrem daripada keberadaan anggota keluarga atau teman.
"Persamaan yang dimiliki kedua kelompok ini adalah bahwa kematian ini lebih sepi, tidak adil, terabaikan, dan terjadi tiba-tiba. Semua kematian pada dasarnya menyedihkan dan menghancurkan hati," jelasnya.
Yoon Ji-ryun menekankan, kematian terbaik yang dapat Anda alami ialah kematian yang membuat Anda tidak menyesal telah hidup. Tepatnya, ketika Anda merasa beruntung karena mengalami saat-saat bahagia selama tinggal di dunia.
"Saya ingin memberikan penghiburan kepada mereka agar bisa menghadapi kematian yang tidak terlalu sepi, dan telah menyadari bahwa waktu tidak menunggu siapa pun," paparnya.
Di sisi lain, ia membuat karakter Geu-ru menderita sindrom asperger atau gangguan neurologis (saraf) yang tegolong dalam gangguan spektrum autisme. Pemilihan hal ini bukanlah tanpa alasan.
"Yang paling penting bagi saya adalah membuat penonton tertarik untuk melihat bagaimana layanan penghapusan trauma fiktif Move to Heaven, serta dengan karakter Geu-ru dan San-gu. Mereka tidak hanya memahami pembersihan trauma, tetapi juga digambarkan cara hidup dan nilai-nilai yang sangat kritis," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id