Ilustrasi bioskop (Foto: va-rep)
Ilustrasi bioskop (Foto: va-rep)

Indonesia Pasar Potensial untuk Investasi Film

Putu Radar Bahurekso • 10 Februari 2016 17:35
medcom.id, Jakarta: Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Kurang lebih Indonesia dihuni 250 juta penduduk pada 2015 ini.
 
Dengan 250 juta jiwa, maka Indonesia merupakan sebuah negara dengan pasar yang menjanjikan untuk melakukan bisnis. Salah satunya untuk bisnis sektor usaha film.
 
"Bioskop menumpuk di mal-mal Jakarta dan Jawa Barat. Dengan adanya modal asing dan aturan main yang jelas, bioskop akan  tersebar khususnya ke daerah yang belum ada bioskop. Akan berpotensi menambah laba. Dan lebih banyak penonton di daerah terpencil (kalau perlu, hingga pulau terluar) berkesempatan menonton. Untuk produser film, artinya lebih banyak 'toko-toko' untuk menaruh 'jualan' mereka," kata Ekky Imanjaya, pengamat dan akademisi film, kepada Metrotvnews, belum lama ini.

Meskipun Indonesia adalah pasar yang potensial, banyaknya masyarakat di Indonesia masih belum diimbangi dengan jumlah layar bioskop yang memadai. Apalagi, jumlah bioskop masih menumpuk di kota-kota besar di Pulau Jawa dan juga Jakarta.
 
Masuknya investasi sektor film ke Indonesia akan membuat jumlah bioskop terutama di daerah-daerah bertambah. Hal tersebut juga akan membuka lapangan kerja baru yang lebih bervariatif di daerah.
 
"Penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak dan menguntungkan dari segi finansial dan transfer knowledge. Filmmaker lokal yang tidak bekerja untuk perusahaan asing akan terpancing untuk meningkatkan kualitas  dalam berproduksi, pemasaran, dan lain-lain," jelasnya.
 
"Penonton terbanyak diraih oleh film Laskar Pelangi. Kalau totalnya (dengan layar tancap) adalah 5 juta orang. Ini tidak sampai 5 persen dari jumlah penduduk. Ini potensi bisnis yang besar sekali. Kalau digarap serius dengan modal besar, dan aturan main yang sehat," pungkas Ekky.
 
Seperti diketahui, pada akhir bulan lalu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf memastikan Daftar Negatif Investasi (DNI) di bidang perfilman telah disepakati oleh pemerintah untuk dibuka.
 
Artinya, investor asing kini bisa menanamkan modal di bidang industri perfilman yang terbagi dalam tiga sektor, yaitu produksi, distribusi, dan exhibition atau bioskop.
 
Bagi para sineas, dibukanya DNI ini adalah angin segar. Selama ini, para sineas lokal terbilang sulit mencari dana dalam membuat film. Hasilnya, produksi film lokal terhitung sedikit.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan