Dikenal lewat karya-karya brutalnya seperti The Night Comes for Us dan The Big 4, Timo dianggap sebagai kepingan pelengkap yang sempurna untuk menghidupkan dunia keras Triad di Hong Kong.
Game Sleeping Dogs ini pertama kali dirilis di tahun 2012, game ini dikembangkan oleh United Front Games. Permainan aksi-petualangan open world dengan latar Hong Kong modern, mulai dari gang sempit sampai pasar malam dan distrik elit, serta semua elemen lingkungan yang menarik turut dihadirkan pada game ini.
Keunikan Game Sleeping Dogs
Sleeping Dogs menjadikan cerita sebagai inti utama pada gamenya, hal ini tentunya berbeda dengan banyak game open world pada umumnya. Game ini menempatkan pemain sebagai Wei Shen, yakni seorang polisi undercover yang tugasnya menyusup organisasi kriminal.Sejak awal, game ini menekankan konflik batin karakter utama yang harus menyeimbangkan kewajibannya sebagai penegak hukum dengan loyalitas pada dunia kejahatan.
Latar Hong Kong
Latar Hong Kong pada game ini digambarkan sebagai kota yang hidup dan padat, berisi pasar malam, klub ilegal, gang sempit, dan distrik elit yang ramai. Perlu diketahui juga bahwa lingkungan ini menjadi bagian penting narasi, bukan hanya sekadar latar visual.
Adapun interaksi sosial yang dikombinasikan dengan struktur kekuasaan triad serta budaya lokal yang ikut tercampur, membuat dunia Sleeping Dogs ini semakin terasa autentik.
| Baca juga: Timo Tjahjanto Turun Tangan, Film Adaptasi Game Sleeping Dogs Bakal Brutal |
Pertarungan yang Unik
Ciri khas dari Sleeping Dogs ini adalah sistem pertarungan jarak dekat. Umumnya game mengandalkan senjata api untuk bertarung, namun game ini menekankan bela diri dengan tangan kosong. Adapun koreografi yang terdapat pada pertarungannya terinspirasi berdasarkan film kungfu dan laga Hong Kong.
Timo Tjahjanto Dinilai Cocok Menggarap Sleeping Dogs
Ditunjuknya Timo Tjahjanto sebagai sutradara film Sleeping Dogs ini dinilai selaras dan cocok dengan karakter gamenya. Ciri paling utama Timo adalah keberaniannya menampilkan kekerasan yang sangat eksplisit. Ia tidak ragu menunjukkan detail luka, darah, hingga patah tulang secara teknis. Baginya, aksi bukan hanya tentang koreografi, tapi tentang dampak fisik yang nyata. Hal ini terlihat jelas dalam film The Night Comes for Us.
Masuknya Timo Tjahjanto ke proyek ini bukan hanya kemenangan pribadi, melainkan bukti bahwa kualitas sineas Indonesia telah diakui secara global. Ini membuka pintu bagi kolaborasi-kolaborasi besar lainnya antara talenta lokal dengan rumah produksi besar di Hollywood.
(Fany Wirda Putri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
