"Seni budaya Indonesia yang kalau kita kurang dalam berpikir, itu kita akan menemui suatu masalah. Banyak cabang kebudayaan kita, makin hari makin kurang," ujar Guruh di Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, Jakarta.
Ia menceritakan bahwa dirinya memiliki grup pencinta seni di Desa Peliatan, Bali. Di kelompok itu, banyak tokoh seniman yang meyoritas merupakan teman dari ayah Guruh, Bung Karno.
"Di situ lah sampai sekarang mereka terus melestarikan kesenian klasik terutama pelegongan. Banyak orang kita bahkan orang Bali sendiri enggak tahu. Sebetulnya legong itu nama suatu jenis kesenian tari," paparnya.
Anggota komisi X DPR RI periode 2014-2019 ini menjelaskan bahwa ada kesamaan antara seni tari dengan seni musik. Sebab, dalam seni musik ada berbagai genre yang masing-masing memiliki keunikan.
"Kalau musik kan ada genre jazz, pop, latin, klasik. Legong itu salah satu jenis yang banyak judul-judulnya. Ada legong lasem, legong smaradahana, legong sudarsana, dan lainnya. Uniknya, ceritanya diambil dari cerita klasik Jawa," jelasnya.
"Prabu Lasem itu raja dari Lasem yang menculik putri dari Kediri. Itu putri yang dicintai Prabu Lasem, sehingga direbut dari suaminya. Tapi ada tanda-tanda akan kalah perang, yaitu datangnya burung gagak," tambahnya.
Dia juga menyebut tentang legong kuntir, mpu tarung, dan masih banyak yang lainnya. Guruh juga telah menciptakan tarian legong baru, yakni legong sri sedana, yang terinspirasi dari kisah Dewi Sri dan Sedana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News