Natasha Wilona kembali hadir dengan perannya sebagai Siena, seorang gadis yang mampu melihat tanda kematian seseorang. Seperti halnya dalam adegan pembuka yang penuh darah itu.
Berbeda dengan musim pertamanya, film Aku Tahu Kapan Kamu Mati 2 seolah mencoba untuk mempermaikan Siena dengan membuatnya menjadi manusia "normal". Namun, sampai kapan itu akan bertahan?
Adegan Penuh Darah yang Vulgar
Sejak pertama kali film ini diputar, adegan yang menampilkan darah itu sudah muncul. Siena kembali melihat tanda kematian orang dengan tragis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Anggy Umbara mencoba untuk menunjukkan potensinya dalam film horor. Kali ini, ia kembali berhasil menunjukkan hal tersebut.
Dari judulnya saja, para penonton bisa menebak bahwa akan terjadi banyak banyak kematian dalam film ini. Namun Anggy Umbara terlihat ingin menunjukkan setiap adegan itu secara nyata dan vulgar.
Para penonton diminta untuk menyaksikan bagaimana setiap jiwa itu diambil oleh "dia". Tanpa membuang muka kamera sedikit pun.
Tentu saja ada beberapa adegan tidak manusiawi yang ditampilkan. Namun hal itu telah diperingatkan sebelum film diputar.
Menyajikan Alur Cerita yang Segar
Biasanya musim kedua dari sebuah film akan memiliki koneksi dengan film pertama. Namun film Aku Tahu Kapan Kamu Mati 2 ini berbeda.
Selama menyaksikannya, saya tidak melihat hal itu, selain adanya pemain dari musim pertama yang diangkut untuk bermain.
Alur cerita yang segar membuat penonton yang tidak menonton musim pertama bisa duduk dengan nyaman menikmatinya. Mungkin awalnya itu yang dipikirkan oleh sutradara dan penulis skenario, tetapi kenyataannya berbeda.
Pastinya akan banyak pertanyaan yang muncul tentang asal usul karakter Siena hingga kedekatannya dengan kedua sahabatnya, Windi (Marsha Aruan) dan Rio (Giulio Parengkuan). Namun sepertinya, hal itu telah diantisipasi dengan jawaban tersembunyi yang dimasukkan ke dalam skenario.
Tampilkan Plot Twist yang Tak Terduga
Menurut saya, plot twist yang ditampilkan membuat saya merasa kagum dengan film ini. Saya tidak pernah menyangka bahwa adegan itu terjadi.
Kali ini, Anggy Umbara sebagai sutradara mencoba untuk menarik kembali nafas lega penontoh. Plot twist itu menjadi akhir yang tak terduga.
Jumpscare yang Monoton Tapi "Nendang"
Setiap adegan memang cukup menyeramkan untuk disaksikan. Bahkan saya sempat menutup mata beberapa kali karena enggan melihat kengeriannya.
Jumpscare juga ditampilkan, layaknya film horor biasanya. Namun kalau saya bisa katakan, film ini punya jumpscare yang terlihat monoton, tapi bikin penonton ngeri melihatnya.
Ada salah satu adegan yang sudah bisa ditebak pasti akan ada hantu muncul, tetapi lagi-lagi jumpscare yang ditampilkan bisa membuat penonton ngeri.
Belajar untuk Berkorban dan Berbahagia
Film ini nampaknya cukup bisa menyelesaikan konflik dengan matang hingga menghasilkan klimaks yang baik. Sepertinya hal itu yang membuat penonton bisa memetik pesan yang ingin disampaikan melalui film ini.
Dari berbagai adegan sadis yang ditampilkan dan kengerian yang diciptakan, film ini memberikan pelajaran baru bagi penonton tentang pengorbanan. Para penonton bisa melihat bagaimana setiap warga desa akan dan telah berkorban agar membuat desanya makmur.
Kemakmuran itu membuat warga desa dan penduduk sekitarnya bahagia. Namun tidak ada yang tahu bahwa di balik kebahagiaan yang dirasakan, ada pengorbanan yang harus dilakukan.
(Rafi Alvirtyantoro)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id