"Kalau misalnya ditanya Ifan Seventeen itu dipilih sebagai direktur utama PFN. Pertanyaan gue adalah pertama, serelevan apa PFN pada masa sekarang sebagai sebuah BUMN? Yang kedua, visi dari PFN itu sendiri seperti apa?" tanya Joko Anwar dalam podcast tersebut.
Sejarah Panjang PFN dan Transformasinya
PFN, yang sebelumnya dikenal sebagai Perum Produksi Film Negara (PPFN), memiliki sejarah panjang dalam industri perfilman Indonesia. Sejak didirikan, PFN fokus pada produksi film dokumenter, film berita, dan film cerita, menghasilkan karya-karya ikonik seperti Si Unyil (1981), Serangan Fajar (1982), dan Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984).Setelah sempat vakum selama 26 tahun, PFN kembali aktif memproduksi film pada tahun 2019. Pada tahun 2021, Kementerian BUMN mengarahkan PFN untuk bertransformasi menjadi perusahaan pembiayaan perfilman, dengan tujuan mendukung para pelaku film Indonesia dalam mengakses pendanaan dan konten.
Kemudian, PPFN kembali bertransformasi menjadi PT Produksi Film Negara (Persero) pada 12 Oktober 2023.
baca juga: Perjalanan Karier Ifan Seventeen, Dari Musisi Hingga Jadi Dirut PFN |
Pertanyaan tentang Relevansi dan Visi PFN
Joko Anwar menekankan pentingnya memahami relevansi PFN di tahun 2025 sebagai lembaga pendanaan film. "Nah, sekarang kan harus dicari tahu dulu tahun 2025 itu apakah masih valid PFN sebagai lembaga yang memberikan atau membantu pendanaan untuk film Indonesia," ujarnya.Menurutnya, penilaian terhadap Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN baru bisa dilakukan setelah PFN memiliki visi dan misi yang jelas. "Setelah itu jelas visi-misinya dari PFN ini baru ketahuan apakah Ifan Seventeen tidak cocok atau tidak cocok banget. Gue nggak bilang cocok ya," kata Joko Anwar.
Sisi Positif Pengangkatan Ifan Seventeen
Joko Anwar melihat dua sisi positif dari pengangkatan Ifan Seventeen. Pertama, pengalamannya di industri hiburan, meskipun di bidang musik, memberikan pemahaman tentang industri hiburan. Kedua, popularitas Ifan Seventeen dapat meningkatkan visibilitas PFN di mata publik."Dengan adanya orang yang dikenal di PFN, dua hari ini kan semua orang ngomongin PFN. Orang yang nggak tahu PFN juga jadi tahu PFN gitu kan, yang mana bisa dibilang sisi positifnya lah gitu," tambah Joko Anwar.
Saran untuk Ifan Seventeen
Meskipun Ifan Seventeen pernah menjadi produser dalam sebuah film, Joko Anwar menilai hal itu masih belum cukup untuk membuatnya duduk di kursi Dirut PFN.“Ivan Seventeen kan memang punya beberapa kredit terlibat di pembuatan film. Misalnya ada film dokumenter yang kemarin dia juga sebagai executive producer, tapi ada satu lagi gue lupa, tapi it's not enough (tidak cukup),” lanjut Joko Anwar.
Ia pun memberikan saran kepada Ifan Seventeen untuk mendekatkan diri dengan orang-orang yang paham dengan industri perfilman atau memiliki pengalaman yang lebih banyak.
“Kalau misalnya udah nggak bisa diubah lagi, misalnya Ifan Seventeen tetap jadi Dirut PFN, nggak bisa diubah nih. Walaupun semua orang teriak-teriak gitu ya. Paling nggak Ifan Seventeen harus mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang paham film,” ujar Joko Anwar.
Reza Rahadian Jadi Kandidat Ideal Dirut PFN
Ia juga menyebut Reza Rahadian sebagai kandidat ideal Dirut PFN, karena memiliki latar belakang, integritas, dan jiwa kepemimpinan yang tinggi."Orangnya sudah terbukti sudah tau film gitu ya. Dia (Reza Rahadian) juga filmmaker, terus orangnya punya integritas yang sangat tinggi, punya leadership yang tinggi, Reza Rahadian," pungkas Joko Anwar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News