"Wonder Woman tentu saja adalah feminis. Aku rasa orang-orang salah paham mengenai apa itu feminis. Orang pikir (feminis identik dengan) ketiak berbulu, wanita yang membakar bra, dan benci pria. Bukan seperti itu," kata Gadot dalam wawancara dengan Entertainment Weekly.
Karakter seperti Diana, menurut Gadot, tidak datang untuk berceramah soal bagaimana pria harus memperlakukan wanita atau bagaimana wanita memandang diri sendiri. Karakter ini berpura-pura lupa terhadap aturan sosial dan menggugat berbagai larangan aneh, seperti mengapa wanita tidak boleh masuk parlemen.
"Bagiku, feminisme adalah tentang kesetaran dan kebebasan (wanita) memilih apa yang ingin kita lakukan. Jika soal gaji, maka kita digaji sama dengan pria. Bukan soal pria vs wanita atau wanita vs pria," ujarnya.
Pasangan romantik Diana, Steve Trevor (Chris Pine), juga tidak menjadi damsel in distress, atau orang lemah yang harus dibebaskan di dalam film. Menurut Gadot, hubungan mereka harus berjalan seimbang.
"Jika Diana jatuh cinta padanya, Steve harus menjadi seseorang yang disukai setiap perempuan," kata Gadot.
Film Wonder Woman bercerita tentang Diana Prince, prajurit setengah dewa yang bertemu dengan agen rahasia Amerika Steve Trevor yang terdampar di perairan Themyscira, tempatnya tinggal. Dari Steve, Diana mengetahui bahwa di luar sana sedang terjadi perang dunia dan tergerak pergi untuk mengakhirinya.
Gal Gadot sebelumnya telah muncul sebagai tokoh Wonder Woman dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice (2016). Setelah itu, dia mendapat porsi tersendiri dalam film panjang.
Film hasil kerjasama DC dan sejumlah rumah produksi ini dijadwalkan tayang pada awal Juni 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id