Proses syuting yang dilakukan selama 23 hari, para pemain merasa mereka bisa benar-benar masuk ke dalam peran masing-masing. Sutradara Tata membiarkan para aktor muda menjelajahi karakter mereka sendiri, mulai dari sikap, mimik wajah, hingga hal-hal kecil seperti gaya rambut.
“Om Tata itu adalah salah satu sutradara yang memberikan kebebasan untuk kami para aktornya untuk mendalami peran. Bener-bener sebebas itu. Kayak kami cuma dikasih jalan, dan terserah kami mau jalannya kayak gimana,” kata Muzakki Ramdhan, pemeran Endro dalam Waktu Maghrib 2 dalam wawancara dengan Medcom.
Bahkan, ia mengaku ikut menentukan potongan rambut karakternya agar lebih sesuai dengan persona yang ia bangun. Kebebasan ini pun dirasakan juga oleh Ghazi Alhabsyi yang memerankan Dewo.
baca juga: |
“Om Tata kalau ngobrol sama kita tuh kayak teman sendiri. Dia banyak kasih arahan saat reading, tapi tetap ngasih kebebasan buat kami mainin karakternya,” ucap Ghazi.
Pendekatan humanis dari Tata ini memberi dampak besar. Para pemain merasa proses syuting terasa ringan, menyenangkan, dan jauh dari tekanan.
“Selama 23 hari syuting, buat aku sih nggak ngerasa ada beban sama sekali. Karena benar-benar kayak main-main, tapi tiba-tiba nanti udah ada karya aja. Seseru itu,” lanjut Muzakki.
Menariknya, sutradara film Waktu Maghrib 2 juga memberi ruang diskusi yang intens saat ada adegan yang sulit dimengerti atau membutuhkan pendalaman lebih. Sulthan Hamonangan, pemeran Yogo, menceritakan bagaimana ia dibimbing secara teknis saat harus melakukan adegan kejar-kejaran dengan kamera rig yang cukup berat.
“Aku emang jarang olahraga juga kan, makanya capek. Tapi Om Tata bener-bener arahin koreonya sampai paham,” ujarnya sambil tertawa.
Tak hanya dari segi karakter, para pemain juga ditantang untuk berdialog menggunakan bahasa Jawa, karena film ini mengambil lokasi syuting di Yogyakarta. Meski bukan penutur asli, Ghazi merasa terbantu karena bisa belajar langsung dari warga lokal dan diajari dialek yang pas.
Pendekatan terbuka yang diberikan Sutradara Tata ternyata tak hanya membuat para pemain bebas berekspresi, tapi juga mendorong mereka tampil lebih otentik dan meyakinkan terutama dalam membawakan adegan-adegan kesurupan yang jadi ciri khas film ini. Muzakki bahkan menyebut 85 persen perannya sebagai Endro diisi oleh adegan kesurupan.
“Kami ada sesi khusus bareng acting coach untuk membentuk wujud kesurupan karakter masing-masing. Jadi beda-beda. Ada yang bongkok, ada yang cara lihatnya beda. Itu sangat membantu untuk bikin perbedaannya jelas,” jelasnya.
Dengan pendekatan yang fleksibel tapi tetap terarah, sutradara Tata sukses menghidupkan Waktu Maghrib 2 menjadi film horor dengan karakter yang kuat dan akting yang hidup. Tak heran jika karya ini tak hanya menegangkan, tapi juga menyisakan ruang refleksi dan penghargaan terhadap proses kreatif di balik layar.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News