Poster Princess Mononoke versi The World of Ghibli Jakarta
Poster Princess Mononoke versi The World of Ghibli Jakarta

Princess Mononoke Tayang Selama Sepekan Awal Agustus

Purba Wirastama • 01 Agustus 2017 17:17
medcom.id, Jakarta: Princess Monokeke, film animasi legendaris dari Studio Ghibli Jepang, ditayangkan di sejumlah bioskop Indonesia selama sepekan pada 1-7 Agustus 2017. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki dan dirilis perdana di Jepang pada tahun 1997.
 
Kisah film ini berlatar Jepang era Muromachi abad 15-16 dengan sentuhan fantasi. Ashitaka, pangeran terakhir dari kelompok Emishi, melakukan perjalanan ke timur untuk mencari penyembuh kutukan yang mengenai dirinya sewaktu melawan monster iblis dari hutan dekat desa.
 
Perjalanan tersebut membawa dia ke sebuah pertempuran antara kelompok penambang besi dari suku Tatara dan dewa-dewa hutan di sekitar desa . Dia juga bertemu San, sang putri Mononoke yang dibesarkan oleh kelompok serigala. Istilah Mononoke tidak merujuk ke nama orang, tetapi merupakan kata berbahasa Jepang yang berarti roh atau monster.
Tidak seperti kebanyakan film-film Ghibli lain, Mononoke menyajikan nuansa lebih gelap dan cerita yang dipenuhi adegan kekerasan. Lembaga Sensor Film Indonesia memberi kategori tontonan 13+ untuk film ini. Selain memuat elemen cerita perang dan lingkungan hidup, film ini juga mengangkat isu mengenai penyakit lepra atau kusta.
 
Dalam peringatan Hari Kusta Sedunia 2016, seperti dilaporkan Kotaku, untuk pertama kali Hayao mendiskusikan tema kusta dalam Mononoke. Sewaktu membuat film tersebut, Hayao mengunjungi sanatorium Hansen's Disease di Jepang untuk bertemu dengan bekas penderita kusta yang telah sembuh.
 
"Ketika membuat Princess Mononoke, aku merasa harus menceritakan orang-orang dengan suatu penyakit, yang disebut tak bisa disembuhkan, tetapi mereka mencoba bertahan hidup sebisa mungkin," kata Hayao, dikutip dari Kotaku.
 
Menurut situs Fandom Studio-Ghibli, Mononoke menelan biaya produksi sekitar JPY 2,4 miliar dan menjadi film animasi termahal sewaktu pertama kali dirilis. Dari total 133 menit durasi film, sebagian besar gambar dikerjakan secara tradisional. Sementara belasan menit animasi digarap dengan beberapa teknik di komputer. Film ini juga termasuk film Ghibli berdurasi paling lama setelah The Tale of Princess Kaguya (2013).
 
Film ini sukses secara komersial dan mendapat ulasan positif dari para kritikus. Sebelum Titanic dirilis, Mononoke merupakan film dengan pendapatan tertinggi di Jepang pada tahun 1997. Film ini juga mencatat prestasi di beberapa ajang penghargaan lokal, termasuk Japanese Academy Awards.
 
Mononoke menjadi film panjang ketujuh Hayao dan film kelima di bawah naungan Studio Ghibli. Film pertamanya bersama Ghibli adalah Castle in the Sky (1986). Sejak itu mereka merilis film baru satu hingga dua tahun sekali, sebelum Hayao memutuskan pensiun pada 2014. Tahun ini Miyazaki memutuskan aktif lagi dan akan mengerjakan film animasi terakhir bersama Ghibli.
 
Tiket penayangan Princess Mononoke dapat dipesan secara daring lewat situs resmi program The World of Ghibli Jakarta, worldofghibli.id.
 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(ELG)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif