"Di tengah pandemi ada pola kehidupan masyarakat yang berbeda. Waktu kita lebih banyak di rumah walaupun sekarang ada adaptasi kehidupan baru. Kemudian ada kebutuhan kita yang berubah total. Semuanya serba virtual. Ini akan meningkatkan kreativitas anak muda Indonesia berkreasi untuk menciptakan film-film," kata Niken dalam Ngobrol Daring yang ditayangkan di kanal YouTube PFN dan Medcom.id, Kamis 27 Agustus 2020.
Dalam hal ini, Niken menganjurkan sineas memanfaatkan platform video digital dalam penggarapan film bertemakan konten lokal. Ini menjadi wadah paling tepat mengingat bioskop saat ini tak beroperasi dengan diberlakukannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Sekarang ini masyarakat tidak ke gedung bioskop. Sehingga film-film yang dibuat dari dalam negeri, atau kedaerahan, itu menjadi trending topik yang luar biasa. Seperti misalnya film Tilik yang sangat viral sekali," papar dia.
Adapun konten lokal yang bisa diangkat menjadi karya film terdiri dari beragam hal. Mulai dari kekayaan budaya, fenomena sosial bangsa, hingga kuliner. Perilaku keseharian masyarakat di suatu daerah juga berpotensi menjadi film yang banyak disaksikan publik, seperti film Tilik garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo.
"Bisa dengan mengangkat keraifan lokal, pola komunikasi di daerah seperti film Tilik. Atau mungkin sesuatu yang sangat sederhana seperti perilaku masyarakat hingga keindahan alamnya," papar dia.
Meski demikian, Niken bilang, banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat film berlandaskan konten lokal. Karya film tersebut harus terbebas dari unsur diskriminasi, SARA, hingga provokasi.
"Hindari hal yang mempertentangkan SARA. Kemudian menghina, ujaran kebencian, provokasi," tandas Niken.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News